Mohammad Roem

Mohammad Roem adalah tokoh Nasional Indonesia yang dikenal gigih dalam perundingan Roem-Royen. lahir di Temanggung pada 16 Mei 1908.

Mohammad Roem. [Foto: Istimewa]

Siapa Mohammad Roem?

Mohammad Roem adalah tokoh Nasional Indonesia yang dikenal gigih dalam perundingan Roem-Royen. lahir di Temanggung pada 16 Mei 1908.

Ia pernah menduduki beberapa jabatan penting dalam pemerintahan, antara lain, Menteri Dalam Negeri Kabinet Sjahrir III (1946-1947), Menteri Dalam Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin II (1947-1948), Menteri Negara Kabinet RIS (1949-1950), Menteri Luar Negeri Kabinet Natsir (1950-1951), Menteri Dalam Negeri Kabinet Wilopo (1952-1953), Wakil Perdana Menteri I Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956).

Ia dipercaya sebagai ketua tim juru runding dalam perundingan dengan Belanda. Tim juru runding dari Belanda diketuai Van Royen.

Perundingan yang berlangsung pada 14 April 1949 diberi nama “Perundingan Roem Royen”.

Roem bersama beberapa tokoh lainnya menjadi tokoh yang didelegasikan dalam konferensi Meja Bundar pada 23 Agustus 1949.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno