Cekricek.id - Kerumunan lebah selalu menghasilkan suara gemuruh yang cukup kuat. Suara tersebut kadang membuat manusia ketakutan. Penelitian di University of Bristol, Inggris, kumpulan lebah tersebut dapat menggetarkan udara dengan kekuatan 1.000 volt per meter atau lebih dari badai petir. Ada efek lain yang bisa ditimbulkn dari suara kerumunan lebah tersebut, salah satunya bisa mengubah cuaca.
Dari hasil penelitian itu, disebutkan bahwa lebah mampu menghasilkan listrik atmosfer yang dapat mengubah cuaca.
"Temuan yang dibuat oleh para peneliti dengan mengukur medan listrik di sekitar sarang lebah madu (apis mellifera), mengungkapkan bahwa lebah dapat menghasilkan listrik atmosfer sebanyak badai petir. Ini dapat memainkan peran penting dalam mengarahkan debu untuk membentuk pola cuaca yang tidak dapat diprediksi. Dan dampaknya dapat dimasukkan dalam model iklim masa depan," kata Ahli biologi di University of Bristol, Ellard Hunting, dikutip dari Live Science, Rabu (26/10/2022).
Tubuh lebah memang kecil. Tapi masing-masing tubuh lebah ini memiliki muatan listrik positif dan mereka terbang mencari makan. Gesekan molekul udara terhadap sayap mereka ini merupakan penghasil kekuatan listrik. Lebah madu contohnya, mereka dapat mengepakkan sayap 230 kali hanya dalam waktu 1 detik.
Bayangkan bila mereka berkumpul dengan jumlah jutaan akan menghasilkan banyak tenaga listrik yang kemudian dapat mengubah cuaca.
Dalam Untuk menguji apakah lebah madu menghasilkan perubahan yang cukup besar dalam medan listrik atmosfer kita, para peneliti menempatkan monitor medan listrik dan kamera di dekat lokasi beberapa koloni lebah madu.
Dalam 3 menit serangga membanjiri udara. Lalu para peneliti menemukan bahwa gradien potensial di atas sarang meningkat menjadi 100 volt per meter.
Pada peristiwa berkerumun lainnya, para ilmuwan mengukur efek setinggi 1.000 volt per meter, membuat kepadatan muatan dari kawanan lebah madu sebesar kira-kira enam kali lebih besar dari badai debu listrik dan delapan kali lebih besar dari awan badai.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa awan serangga yang lebih padat berarti medan listrik yang lebih besar. Sebuah pengamatan yang memungkinkan mereka untuk memodelkan serangga lain yang berkerumun seperti belalang dan kupu-kupu.
Belalang yang juga sering berkerumun menciptakan awan tebal 460 mil persegi atau 1.191 kilometer persegi dan mengemas hingga 80 juta belalang menjadi kurang dari setengah mil persegi atua 1,3 km persegi.
Para peneliti memperkirakan bahwa efek belalang yang berkerumun pada medan listrik atmosfer sangat mengejutkan, menghasilkan kepadatan muatan listrik yang serupa dengan yang dibuat oleh badai petir.
Para peneliti mengatakan tidak mungkin serangga menghasilkan badai itu sendiri. Bahkan ketika gradien potensial tidak memenuhi kondisi untuk membuat petir, mereka masih dapat memiliki efek lain pada cuaca.
Medan listrik di atmosfer dapat mengionisasi partikel debu dan polutan, mengubah pergerakannya dengan cara yang tidak terduga. Karena debu dapat menyebarkan sinar matahari, mengetahui bagaimana ia bergerak dan di mana ia mengendap adalah penting untuk memahami iklim suatu wilayah.
Baca Juga: 70 Persen Hiu dan Pari Berkurang Selama 50 Tahun Terakhir Akibat Jaring Nelayan
"Interdisipliner sangat berharga di sini - muatan listrik bisa tampak seperti halnya hidup dalam fisika, tetapi penting untuk mengetahui seberapa sadar seluruh alam tentang listrik di atmosfer," kata Hunting.