Frans Kaisiepo

Frans Kaisiepo adalah Pahlawan Nasional dari Papua kelahiran Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921 dan meninggal di Jayapura, 10 April 1979. Ketika pemerintah Belanda menangkap Silas Papare, pendiri Partai Kemerdekaan Irian Indonesia (PKII), bersama beberapa aktivis pro-Republik setelah mengibarkan bendera Merah-Putih pada 17 Agustus 1947, Kaisiepo dan Johan Ariks memutuskan untuk meneruskan perjuangan rekan mereka menyatukan wilayah Irian dengan Indonesia.

Frans Kaisiepo. [Foto: Istimewa]

Siapa Frans Kaisiepo?

Frans Kaisiepo adalah Pahlawan Nasional dari Papua kelahiran Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921 dan meninggal di Jayapura, 10 April 1979. Ketika pemerintah Belanda menangkap Silas Papare, pendiri Partai Kemerdekaan Irian Indonesia (PKII), bersama beberapa aktivis pro-Republik setelah mengibarkan bendera Merah-Putih pada 17 Agustus 1947, Kaisiepo dan Johan Ariks memutuskan untuk meneruskan perjuangan rekan mereka menyatukan wilayah Irian dengan Indonesia.

Kaisiepo pernah meminta anaknya, Markus Kaisiepo, untuk mengganti papan nama sekolah yang saat itu bertuliskan Papua Bestuurschool menjadi Irian Bestuurschool.

Ia pernah menjadi anggota Hakim Tertinggi DPA. 14 Agustus 1945 Kaisiepo dan beberapa rekan memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya di Kampung Harapan Jayapura. 31 Agustus 1945, Kaisiepo dan rekan-rekan melakukan upacara pengibaran bendera Merah Putih dan nyanyian lagu kebangsaan.

Pada 10 Juli 1946, Frans mendirikan Partai Indonesia Merdeka yang diketuai Lukas Rumkofen. Frans terlibat dalam Konferensi Malino tahun 1946 yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua.

Ia mengusulkan nama Irian, kata dalam bahasa Biak yang berarti tempat yang panas, sekaligus menyatakan penolakan atas skenario usulan pembentukan Negara Indonesia Timur.

Pada 1949, ia menolak penunjukan dirinya sebagai wakil Belanda untuk wilayah Nugini dalam Konferensi Meja Bundar dengan alasan tidak mau didikte oleh Belanda. Atas penolakan ini, Kaisiepo menjadi tahanan politik 1954-1961.

Pasca masa penahanan, Kaisiepo mendirikan Partai Politik Irian pada 1961 yang bertujuan menggabungkan wilayah Nugini sebagai bagian NKRI. Pada 1972, Kaisiepo dilantik sebagai salah satu anggota MPR RI sebelum akhirnya menjabat anggota Hakim Tertinggi Dewan Pertimbangan Agung 1973-1979.

Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973. Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993, Frans Kaisiepo dikenang Pahlawan Nasional Indonesia disertai penganugerahan Bintang Maha Putera Adi Pradana Kelas Dua. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura.

Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak Selain itu namanya juga di abadikan di salah satu KRI yaitu KRI Frans Kaisiepo. Pada tanggal 19 Desember 2016, ia diabadikan dalam uang kertas Rupiah baru pecahan Rp 10.000.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno