Memahami narsisme lebih dalam: artikel ini menjelaskan fenomena narsisme, mengungkap rahasia otak di balik perilaku narsistik, dan tantangan dalam mengobati gangguan kepribadian narsistik. Pelajari lebih lanjut tentang dualisme antara grandiose dan kerentanan dalam narsisme.
Cekricek.id - Narsisme, sebuah kata yang sering kita dengar tetapi mungkin jarang kita pahami sepenuhnya. Sebagian dari kita mungkin langsung teringat pada tokoh-tokoh terkenal seperti Donald Trump atau Elon Musk saat mendengar kata ini. Namun, narsisme jauh lebih kompleks daripada sekadar perilaku seseorang yang mencari perhatian.
Diperkirakan hingga 6% populasi AS, terutama pria, mengalami gangguan kepribadian narsistik dalam beberapa periode hidup mereka. Gejalanya bervariasi, mulai dari perilaku yang grandiose hingga perasaan rendah diri yang mendalam.
Ada dua jenis narsisme yang dikenal: grandiose dan rentan. Sementara narsisme grandiose sering terlihat sebagai perilaku sombong yang mencari perhatian, narsisme rentan ditandai dengan ketidakstabilan emosi dan harga diri yang fluktuatif.
Penelitian terbaru dalam ilmu saraf memberikan wawasan baru tentang narsisme. Meskipun belum dapat memberikan jawaban pasti, temuan awal menunjukkan bahwa kerentanan mungkin merupakan sisi tersembunyi dari grandiositas.
Tessa, seorang wanita berusia 25 tahun, menggambarkan perjuangannya dengan narsisme. Dia bercerita tentang harapannya untuk menjadi penyanyi terkenal dan bagaimana kekecewaannya ketika menyadari kenyataan yang jauh dari harapannya. Tessa didiagnosis dengan gangguan kepribadian narsistik pada tahun 2023.
Namun, narsisme tidak selalu bersifat disfungsional. Aidan Wright, seorang psikolog dari University of Michigan, menekankan bahwa sifat-sifat seperti dominasi sosial dan pencapaian diri dapat dihargai dalam budaya Barat.
Sejarah Yunani kuno tentang Narcissus menggambarkan seorang pemuda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri, sebuah cerita yang menjadi dasar pemahaman kita tentang narsisme. Namun, pemahaman modern tentang narsisme jauh lebih kompleks.
Penelitian menunjukkan bahwa narsisme mungkin memiliki komponen genetik, tetapi pengasuhan yang disfungsional juga dapat memainkan peran penting. Meskipun demikian, masih banyak yang harus dipelajari tentang akar penyebab narsisme.
Tantangan lain adalah pengobatan. Saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk gangguan kepribadian narsistik yang telah teruji secara klinis. Namun, terapi seperti "mentalization" dan "transference" sedang diadaptasi untuk membantu mereka dengan gangguan ini.
Tessa, yang kini memiliki saluran YouTube bernama SpiritNarc, berharap dunia dapat memahami narsisme lebih dalam. Dia ingin mengubah narasi bahwa orang-orang dengan narsisme adalah individu yang buruk, menekankan bahwa ada penderitaan yang mendalam di bawah perilaku luar mereka.
Dalam era informasi saat ini, penting bagi kita untuk memahami dan empati terhadap mereka yang berjuang dengan gangguan seperti narsisme. Hanya dengan pemahaman dan dukungan, kita dapat membantu mereka menuju pemulihan.