Para astronom menemukan Hoʻoleilana, sebuah gelembung galaksi raksasa yang diyakini sebagai sisa dari awal semesta. Penemuan ini memberikan wawasan berharga tentang evolusi galaksi dan dinamika ekspansi semesta.
Cekricek.id - Sebagai seorang peneliti langit, membayangkan struktur semesta yang luas adalah tugas sehari-hari. Namun, penemuan terbaru dari tim astronom yang dipimpin oleh Universitas Hawaiʻi telah mengungkapkan sesuatu yang benar-benar mengejutkan: sebuah gelembung raksasa bernama Hoʻoleilana, yang berjarak 820 juta tahun cahaya dari Bumi.
Hoʻoleilana, yang namanya diambil dari "Kumulipo", sebuah nyanyian penciptaan Hawaii yang menggambarkan asal-usul struktur, diyakini sebagai sisa dari kelahiran semesta. Brent Tully, seorang astronom dari Institut Astronomi UH, bersama timnya menemukan gelembung ini secara tak terduga di tengah-tengah jaringan galaksi.
Dalam jurnal ilmiah "The Astrophysical Journal" yang diterbitkan pada 5 September, dijelaskan bahwa struktur besar seperti ini telah diprediksi oleh teori Big Bang. Mereka muncul sebagai hasil dari gelombang 3D yang terbentuk pada materi awal semesta, dikenal sebagai Baryon Acoustic Oscillations (BAO).
Tully mengungkapkan, "Kami tidak mencarinya. Ukurannya sangat besar sehingga mencapai batas sektor langit yang kami analisis." Dia menambahkan bahwa struktur ini memiliki diameter yang sangat besar, mencapai satu miliar tahun cahaya, yang melampaui ekspektasi teoritis.
Penemuan ini didasarkan pada data dari Cosmicflows-4, kompilasi terbesar hingga saat ini mengenai jarak galaksi yang tepat. Tully dan timnya percaya bahwa ini mungkin kali pertama astronom mengidentifikasi struktur individual yang terkait dengan BAO.
Dalam teori Big Bang yang telah mapan, selama 400.000 tahun pertama, semesta adalah plasma panas yang mirip dengan interior Matahari. Gelombang besar pada awal semesta tergantung pada jarak yang dapat ditempuh oleh gelombang suara. Pola distribusi galaksi dapat mengungkapkan sifat dari pesan kuno ini.
Daniel Pomarede dari Universitas CEA Paris-Saclay di Prancis, salah satu peneliti dalam tim, menyatakan, "Saya adalah kartografer dari grup ini, dan memetakan Hoʻoleilana dalam tiga dimensi membantu kami memahami isinya."
Tim yang sama sebelumnya telah mengidentifikasi Laniākea Supercluster pada tahun 2014. Struktur tersebut, yang mencakup Bima Sakti, terlihat kecil dibandingkan dengan Hoʻoleilana.
Tully dan timnya menemukan bahwa Hoʻoleilana sebenarnya telah dicatat dalam sebuah makalah penelitian pada tahun 2016. Namun, penelitian sebelumnya tidak mengungkapkan struktur penuhnya.
Dengan menggunakan katalog Cosmicflows-4, para peneliti dapat melihat seluruh cangkang bola galaksi, mengidentifikasi pusatnya, dan menunjukkan adanya peningkatan statistik dalam kepadatan galaksi dari pusat tersebut.
Hoʻoleilana mencakup banyak struktur yang sebelumnya ditemukan oleh astronom, seperti Harvard/Smithsonian Great Wall yang berisi Coma Cluster, Hercules Cluster, dan Sloan Great Wall. Di pusatnya terletak Boötes Supercluster.
Tes dengan simulasi menunjukkan bahwa struktur cangkang yang diidentifikasi sebagai Hoʻoleilana memiliki probabilitas kurang dari 1% untuk menjadi kecelakaan statistik. Hoʻoleilana memiliki sifat dari osilasi akustik baryon yang teoritis, namun tampak lebih kuat dari yang diharapkan.
Secara detail, Hoʻoleilana sedikit lebih besar dari yang diantisipasi dari teori model standar kosmologi. Ukurannya sesuai dengan pengamatan tentang tingkat ekspansi lokal semesta dan aliran galaksi dalam skala besar yang juga menunjukkan masalah halus dengan model standar.
Dengan penemuan ini, kita semakin mendekati pemahaman yang lebih mendalam tentang semesta kita. Sebagai sisa dari awal semesta, Hoʻoleilana mungkin memegang kunci untuk memecahkan beberapa misteri terbesar dalam astronomi.