Cekricek.id - Para peneliti baru-baru ini berhasil menghadirkan keunikan jaring laba-laba ke dalam dunia musik. Dalam sebuah eksperimen kolaboratif antara ilmuwan dan seniman, struktur 3D jaring laba-laba berhasil diterjemahkan menjadi karya seni musik yang interaktif. Pada proyek ini, kata kunci yang mengemuka adalah "Jaring Laba-laba jadi Musik."
Para ilmuwan bekerja sama dengan seniman Tomás Saraceno untuk menciptakan instrumen musik interaktif yang diberi nama "Spiders Canvas" pada beberapa tahun lalu. Pada tahun 2021, tim tersebut melanjutkan penelitian ini dengan menambahkan komponen realitas virtual yang interaktif, memungkinkan orang untuk masuk dan berinteraksi langsung dengan jaring laba-laba. Sebelumnya penelitian pertama telah diterbitkan pada tahun 2018 dalam Journal of the Royal Society Interface.
Sebuah pernyataan dari Markus Buehler, seorang insinyur dari MIT, menjelaskan, "Laba-laba hidup di lingkungan bergetar. Mereka tidak melihat dengan baik, jadi mereka merasakan dunia mereka melalui getaran dengan frekuensi yang berbeda."
Jaring laba-laba, terutama jaring laba-laba penyamun, memiliki struktur 3D yang kompleks. Untuk menggali lebih dalam struktur jaring laba-laba semacam ini, tim peneliti menggunakan laba-laba tropis jenis Cyrtophora citricola. Mereka menempatkan laba-laba ini dalam wadah berbentuk persegi panjang dan menunggu hingga ruang itu terisi dengan jaring laba-laba 3D.
Menggunakan laser lembar untuk menghasilkan gambar 2D dari potongan lintasan jaring, sebuah algoritma khusus kemudian merangkai arsitektur 3D dari jaring laba-laba. Untuk mengubahnya menjadi musik, frekuensi suara yang berbeda diberikan pada setiap benang, dan nada-nada yang dihasilkan dimainkan sesuai dengan struktur jaring.
Pentingnya penelitian ini tidak hanya terbatas pada pemahaman struktur 3D jaring laba-laba, tetapi juga dapat membantu kita memahami bahasa getaran laba-laba. Dalam pandangan Buehler, "Laba-laba hidup di lingkungan bergetar. Mereka tidak melihat dengan baik, jadi mereka merasakan dunia mereka melalui getaran dengan frekuensi yang berbeda."
Pentingnya penelitian ini tidak hanya terbatas pada pemahaman struktur 3D jaring laba-laba, tetapi juga dapat membantu kita memahami bahasa getaran laba-laba. Dalam pandangan Buehler, "Laba-laba hidup di lingkungan bergetar. Mereka tidak melihat dengan baik, jadi mereka merasakan dunia mereka melalui getaran dengan frekuensi yang berbeda."
Penelitian ini juga mencakup pemindaian jaring laba-laba saat pembuatan, dengan setiap langkah dari proses tersebut diterjemahkan menjadi musik. Ini berarti bahwa nada-nada berubah seiring perubahan struktur jaring laba-laba, dan pendengar dapat mendengar proses pembangunan jaring secara langsung. Perekaman langkah demi langkah ini dapat membantu kita memahami bagaimana laba-laba membangun jaring 3D tanpa struktur penyangga, keterampilan yang mungkin dapat diterapkan dalam pencetakan 3D, misalnya.
Canvas Laba-laba memungkinkan penonton mendengarkan musik laba-laba, namun, lingkungan realitas virtual memberikan pengalaman baru. Pengguna dapat masuk dan memainkan benang jaring mereka sendiri, memberikan dimensi pengalaman yang lebih mendalam. Menurut para peneliti, "Lingkungan realitas virtual ini sangat menarik karena telinga Anda akan menangkap fitur struktural yang mungkin Anda lihat tetapi tidak langsung mengenali."
Lingkungan VR ini, dengan fisika jaring yang realistis, memungkinkan para peneliti untuk memahami apa yang terjadi ketika mereka mengubah bagian-bagian dari jaring. Regangkan seutas benang, dan nada berubah. Putuskan satu, dan lihat bagaimana itu memengaruhi benang-benang lain di sekitarnya. Ini juga dapat membantu kita memahami arsitektur jaring laba-laba dan mengapa mereka dibangun dengan cara tertentu.
Dan yang paling menarik, penelitian ini memungkinkan tim untuk mengembangkan algoritma untuk mengidentifikasi jenis getaran jaring laba-laba, menerjemahkannya menjadi "mangsa terperangkap," atau "jaring dalam pembuatan," atau "laba-laba lain datang dengan niat kasih sayang." Ini merupakan dasar untuk pengembangan kemampuan berbicara dengan laba-laba, setidaknya laba-laba tropis seperti jenis Cyrtophora citricola.
Buehler menyatakan, "Sekarang kami mencoba menghasilkan sinyal sintetis untuk pada dasarnya berbicara dalam bahasa laba-laba. Jika kami mengekspos mereka pada pola irama atau getaran tertentu, apakah kami dapat memengaruhi apa yang mereka lakukan, dan apakah kami bisa mulai berkomunikasi dengan mereka? Itu adalah gagasan yang sangat menarik."
Dapatkan update Berita Riau Hari Ini setiap hari dari Cekricek.id. Ikuti kami melalui Google News. Klik tautan untuk terhubung.