Cekricek.id - Kelompok hak asasi manusia yang bermarkas di Washington, Amerika Serikat, melaporkan serangan Israel terhadap Iran menewaskan sedikitnya 865 orang dan melukai 3.396 lainnya. Angka korban jiwa tersebut disampaikan organisasi Aktivis Hak Asasi Manusia pada Minggu (22/6/2025) berdasarkan data dari seluruh wilayah Iran, seperti dilansir oleh The Associated Press.
Dari total korban tewas, kelompok tersebut berhasil mengidentifikasi 363 warga sipil dan 215 personel pasukan keamanan yang gugur. Organisasi Aktivis Hak Asasi Manusia yang sebelumnya juga memberikan data korban terperinci saat protes 2022 terkait kematian Mahsa Amini ini melakukan verifikasi melalui jaringan sumber yang telah dibangun di Iran.
Pemerintah Iran sendiri tidak rutin menyampaikan informasi jumlah korban tewas selama konflik berlangsung dan cenderung memperkecil angka korban di masa lalu. Kementerian Kesehatan Iran pada Sabtu (21/6/2025) menyebutkan sekitar 400 warga Iran gugur dan 3.056 lainnya mengalami luka-luka dalam serangan Israel.
Disparitas angka korban antara kelompok HAM dan pemerintah Iran menunjukkan kesulitan mendapatkan data akurat dari zona konflik. Organisasi Aktivis Hak Asasi Manusia menggunakan metodologi verifikasi silang laporan lokal dengan jaringan sumber di Republik Islam tersebut.
Israel Ucapkan Terima Kasih kepada Trump
Berbagai pejabat Israel memberikan respons positif terhadap serangan tersebut dengan menggunakan bahasa yang dramatis. Presiden Israel Isaac Herzog mengucapkan terima kasih kepada Donald Trump dan menyebut serangan ini sebagai "momen yang menentukan antara poros teror dan kejahatan dan poros harapan."
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant turut mengucapkan selamat kepada Trump atas apa yang digambarkannya sebagai "keputusan bersejarah." Dukungan pejabat Israel menunjukkan koordinasi yang erat dalam operasi militer tersebut.
Militer Amerika Serikat menyerang tiga lokasi di Iran pada Minggu pagi, secara langsung bergabung dengan perang Israel yang bertujuan menghancurkan program nuklir negara tersebut. Langkah berisiko ini dilakukan untuk melemahkan musuh lama di tengah ancaman pembalasan Teheran yang berpotensi memicu konflik regional lebih luas.
Presiden Donald Trump dalam pernyataannya menyebutkan situs nuklir utama Iran "dihancurkan sepenuhnya" oleh serangan AS. Berbicara di Gedung Putih beberapa jam setelah serangan, Trump mengancam akan melakukan lebih banyak serangan dan menyatakan Iran menghadapi pilihan antara "perdamaian atau tragedi."
Badan nuklir Iran pada Minggu mengonfirmasi terjadinya serangan di situs atom Fordo, Isfahan, dan Natanz. Meskipun demikian, Organisasi Energi Atom Iran bersikeras bahwa aktivitas nuklir mereka tidak akan dihentikan setelah Trump mengumumkan serangan Amerika terhadap fasilitas tersebut.
Eskalasi konflik ini bermula dari serangkaian serangan mendadak Israel ke berbagai lokasi di Iran pada 13 Juni. Pejabat Israel menyatakan tindakan tersebut diperlukan untuk menangkal ancaman langsung Iran membangun bom nuklir.
Baca juga: Iran Pastikan Tak Ada Kontaminasi Nuklir Setelah Serangan AS
Iran membalas dengan serangkaian serangan rudal dan pesawat drone ke Israel, sementara Israel terus melancarkan serangan ke sejumlah lokasi di Iran. Siklus pembalasan ini menimbulkan kekhawatiran internasional akan meluasnya konflik di kawasan Timur Tengah yang sudah bergejolak.