Cekricek.id - Iran menggunakan rudal balistik Khorramshahr-4, salah satu senjata terberat dalam arsenal militernya, untuk menyerang Israel pada hari Minggu (22/4/2025). Serangan ini merupakan respons langsung terhadap operasi militer Amerika Serikat yang menghancurkan tiga fasilitas nuklir Iran.
Dilaporkan The Associated Press, televisi negara Iran menayangkan rekaman yang menunjukkan peluncuran rudal balistik Khorramshahr-4 dalam serangan terhadap Israel. Rudal ini memiliki muatan hulu ledak seberat 1.500 kilogram dengan jangkauan maksimal 2.000 kilometer, menjadikannya senjata paling mematikan dalam armada rudal Iran.
Para analis militer menilai Khorramshahr-4 dirancang khusus untuk tetap berada dalam batas jangkauan yang ditetapkan oleh Pemimpin Tertinggi Iran. Spesifikasi teknis rudal ini menunjukkan kemampuan Iran dalam mengembangkan teknologi persenjataan jarak menengah yang presisi.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan situs nuklir utama Iran telah "dihancurkan sepenuhnya" dalam operasi militer AS. Trump berbicara di Gedung Putih beberapa jam setelah serangan dan mengancam akan melakukan aksi militer tambahan jika Iran tidak memilih jalan damai.
"Iran menghadapi pilihan antara perdamaian atau tragedi," kata Trump dalam konferensi pers di Washington. Pernyataan ini menandai eskalasi retorika AS terhadap program nuklir Iran yang telah menjadi sumber ketegangan regional selama bertahun-tahun.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menanggapi serangan AS dengan peringatan keras melalui platform media sosial X. Araghchi menyatakan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran "akan memiliki konsekuensi yang kekal" bagi hubungan bilateral kedua negara.
"Teheran menyimpan semua opsi untuk membalas serangan ini," tulis Araghchi. Pernyataan diplomat senior Iran ini menjadi respons resmi pertama pemerintah Iran terhadap operasi militer AS yang menyasar fasilitas nuklir di Isfahan, Fordo, dan Natanz.
Kementerian Luar Negeri Iran dalam pernyataan resminya menyebut tindakan AS sebagai "peluncuran perang berbahaya terhadap Iran." Kementerian menuduh Washington mengkhianati proses diplomatik yang sedang berlangsung dengan mendukung agresi Israel.
"Amerika Serikat telah melanggar diplomasi dengan mendukung tindakan agresif rezim Israel yang melakukan genosida," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran. Pemerintah Iran menegaskan haknya untuk melawan dengan kekuatan penuh terhadap apa yang disebutnya sebagai agresi militer AS.
Eskalasi konflik ini bermula dari serangan mendadak Israel terhadap sejumlah lokasi strategis di Iran pada 13 Juni. Pejabat Israel menyatakan operasi tersebut diperlukan untuk menangkal ancaman langsung program senjata nuklir Iran yang dianggap mengancam keamanan regional.
Iran merespons serangan Israel dengan meluncurkan serangkaian serangan rudal dan pesawat nirawak ke wilayah Israel. Siklus serangan balasan ini terus berlanjut dengan Israel yang kembali menyerang beberapa lokasi strategis di Iran, menciptakan spiral konflik yang melibatkan AS sebagai sekutu Israel.
Baca juga: Khamenei Diminta Balas Serangan AS dan Blokade Selat Hormuz
Komunitas internasional menyerukan penghentian eskalasi konflik yang dapat memicu ketidakstabilan lebih luas di kawasan Timur Tengah. Ketegangan Iran-Israel-AS ini berpotensi mempengaruhi stabilitas geopolitik global mengingat posisi strategis ketiga negara dalam konstelasi kekuatan dunia.