Cekricek.id - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim Iran dan Israel telah mencapai kesepakatan gencatan senjata total yang akan diberlakukan secara bertahap dalam 24 jam. Pengumuman tersebut disampaikan Trump melalui akun media sosialnya pada Senin (23/6/2025).
Namun, klaim Trump mendapat respons berbeda dari pihak Iran. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan belum ada kesepakatan resmi mengenai penghentian operasi militer antara kedua negara.
"Hingga saat ini, TIDAK ADA 'kesepakatan' terkait gencatan senjata atau penghentian operasi militer," tulis Araghchi di media sosial. Namun, pejabat Iran tersebut memberikan ultimatum kepada Israel untuk menghentikan serangan udara paling lambat pukul 4 pagi waktu Tehran.
Araghchi menjelaskan, Iran tidak akan melanjutkan serangan balasan jika Israel menghentikan agresi terhadap rakyat Iran sesuai batas waktu yang ditetapkan. "Dengan syarat rezim Israel menghentikan agresi ilegalnya terhadap rakyat Iran paling lambat pukul 4 pagi waktu Tehran, kami tidak berniat melanjutkan tanggapan setelah itu," kata Araghchi.
Sejauh ini, Israel belum memberikan konfirmasi resmi mengenai gencatan senjata Iran-Israel yang diklaim Trump. Namun, tidak ada laporan serangan Israel setelah batas waktu 4 pagi yang ditetapkan Iran.
Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat drastis setelah militer AS menyerang tiga lokasi di Iran pada Minggu (22/6/2025) pagi. Serangan tersebut merupakan bagian dari upaya Israel untuk melumpuhkan program nuklir Iran dengan dukungan AS.
Trump sebelumnya menyatakan situs nuklir utama Iran "dihancurkan sepenuhnya" oleh serangan Amerika Serikat. Berbicara di Gedung Putih beberapa jam setelah serangan, Presiden AS tersebut mengancam akan melakukan serangan lebih lanjut jika diperlukan.
"Iran menghadapi pilihan antara perdamaian atau tragedi," kata Trump dalam pernyataannya di Gedung Putih.
Sementara itu, Iran mengeluarkan peringatan keras kepada Washington. Menlu Araghchi menyatakan waktu untuk diplomasi telah berlalu dan negaranya memiliki hak penuh untuk membela diri. "AS telah melewati garis merah yang sangat besar," tegas Araghchi.
Serangan AS ke fasilitas nuklir Iran menandai eskalasi konflik Timur Tengah yang dapat memicu ketegangan regional lebih luas. Langkah berisiko tersebut diambil untuk melemahkan kemampuan militer Iran di tengah ancaman pembalasan Tehran.
Baca juga: Polemik Konstitusional Muncul Usai Trump Perintahkan Bombardir Iran
Perkembangan gencatan senjata Iran-Israel ini menjadi sorotan internasional mengingat potensi konflik yang dapat meluas ke negara-negara sekutu kedua belah pihak di kawasan Timur Tengah.