Siapa Abdul Rahman Baswedan?
Abdul Rahman Baswedan atau Abdul Rahman Awad Baswedan adalah seorang perintis kemerdekaan, wartawan, sastrawan, politikus, da’i dan pendiri Persatuan Arab Indonesia (PAI).
Perjalanan Hidup
Abdul Rahman Baswedan Lahir di Ngampel, Surabaya, 9 September 1908 dari pasangan Awad dan Alijah binti Abdoellah Djarhum. A.R Baswedan memiliki tujuh orang saudara.
Pada usia 5 tahun ia masuk madrasah al-khairiyah yang berdekatan dengan Masjid Ngampel, Surabaya. Ia kemudian pindah belajar di madrasah Al-Irsyad Jakarta pimpinan Syeikh Ahmad Syurkati.
Saat kembali ke Surabaya, ia melanjutkan ke Hadramaut School. Ia senang dengan pengajaran bahasa dan sastra Arab di sekolah ini. Tahun 1920 A.R Baswedan masuk kursus Nederlands Nerbond. Pelajarannya membaca dan menulis huruf latin.
Penguasaannya dalam menulis dan membaca latin juga hasil didikan dari ayahnya. Dari sinilah Abdul Rachman selain menguasai bahasa Arab, ia juga membaca buku dalam bahasa Indonesia (terbitan Balai Pustaka) sehingga ia mampu menerbitkan majalah dalam bahasa Indonesia.
Di samping menjadi juru dakwah, A.R Baswedan juga menjadi anggota dan aktif dalam Jong Islamieten Bond (JIB). Karena banyak mengerti tentang agama maka ia ditugaskan untuk memberi ceramah dan kursus-kursus bagi JIB bagian wanita.
Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan
Pada masa pendudukan Jepang, Ir. Sukarno sebagai ketua Jawa Hokokai mengangkat Baswedan sebagai anggota badan Persaudaraan Bangsa-Bangsa. Dalam badan tersebut duduk seorang Indo-Belanda (F. Dahler), Indo Tionghoa (Oei Tiang Tjoei) dengan pimpinan Mr. Sartono.
Saat dibawa berkeliling oleh Wakil Ketua Jawa Hokokai, Wangsa Widjaja, A.R. Baswedan berpidato di Surakarta, Banyuwangi dan sekitarnya. Isi pidatonya bukan propaganda Jepang tetapi serangan terhadap kolonialisme Belanda.
Dalam masa pendudukan Jepang juga, A.R. Baswedan menjadi anggota Tjuo Sangi-in dan BPUPKI. Dalam persidangan BPUPKI, Baswedan mengemukakan pandangannya tentang keikutsertaan orang Arab Peranakan dalam perjuangan menuju Indonesia merdeka. Dengan tegas Baswedan mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan melihat kaum peranakan Arab sebagai rakyat Indonesia. Ia duduk dalam panitia ekonomi dan keuangan di bawah pimpinan Mohammad Hatta.
Menjadi Menteri
Di awal kemerdekaan, Abdul Rahman Baswedan menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat. Ia kemudian diangkat menjadi Menteri Muda Penerangan dalam Kabinet Sjahrir.
Sebagai Menteri Muda Penerangan ia ikut ke Mesir dengan Haji Agus Salim, Mr. Nasir, Sutan Pamuncak, dan M. Rasyidi untuk memenuhi undangan liga Arab yang mengakui Republik Indonesia secara de facto dan de jure.
Pada 1950 A.R Baswedan masuk Masyumi. Dalam kongres Kebudayaan Indonesia di Solo pada 1954 A.R. Baswedan masuk dalam salah satu anggota bersama Mr. Soenario Kolopaking dan Mangunsarkoro.
Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.