Cekricek.id - Era perkembangan teknologi komunikasi atau era digital, sangat sulit untuk membatasi usia penggunanya. Hampir di seluruh dunia, orang tua sudah membiarkan anak-anaknya dekat dengan gadget. Terlebih saat ini, anak-anak kecil bahkan yang masih balita sudah sangat mahir menggunakan HP, baik hanya sekadar menonton atau main game.
Salah satu alasan orang tua membiarkan anak-anaknya bermain HP karena anak rewel atau menganggu pekerjaan mereka. Hal ini yang akhirnya menyebabkan orang tua melepas HP mereka dan diberikan kepada anak-anak balitanya.
Sehingga tak bisa dipungkiri, saat ini malah lebih banyak anak-anak pada tingkat balita hingga sekolah dasar yang lebih hobi bermain HP dibanding kegiatan lainnya. Bahkan mereka bisa lebih pintar menggunakan HP dibanding kakek atau nenek mereka.
Lantas bagaimana jika anak kita yang masih balita sudah sangat pintar menggunakan HP. Apakah kita harus bangga atau khawatir?
Penulis dari The Guardian Inggris, Sophie Brickman, menyebutkan jangan bangga bila anak-anak di bawah umur lebih cepat dan terlihat pintar dalam mengoperasikan gadget. Menurut Sophie, itu akan merusak pola pertumbuhan otak anak secara alami.
"Jangan biarkan anak-anak Anda terpapar teknologi dari awal. Sebaiknya Anda khawatir bila anak-anak apalagi bocah di bawah 10 tahun sudah mahir main gadget," kata Sophie, dikutip dari The Guardian, Selasa (18/10/2022),
Media digital sekarang ini menurut Sophie menawarkan berbagai konten yang membuat anak-anak larut untuk menyaksikannya. Bahkan ketika sudah memasuki jam tidur, anak-anak masih asyik dengan gadget dan tontonannya. Hal itu menurut Sophie tentu akan merusak fungsi otak anak.
Biasakan Anak Bermain di Alam
Untuk orang tua yang memiliki anak-anak di rumahnya, Sophie menyarankan supaya membiasakan anak-anak dengan kehidupan alami. Seperti bermain di taman, membelikan mainan-mainan yang bukan teknologi dan lain-lain.
Ia meminta orang tua mengajak anak untuk bermain yang menggunakan aktivitas fisik, seperti lari-lari, main bola atau kegiatan fisik lainnya.
Kemudian Sophie juga menentang keras orang tua yang menjadikan anaknya sebagai objek produksi konten untuk sosial media. Jangan menjadikan anak sebagai konten media atau juga konten kreator.
Menurut dia, ragam komentar yang akan masuk ke konten yang dibuat anak di Youtube, Instagram, Facebook dan semacamnya sangat sulit dikontrol. Dan kecenderungannya, anak-anak masih belum siap mental untuk menerima komentar negatif dari orang-orang dewasa.
Baca Juga: Anak Adalah Amanah Tuhan, Ini Bahayanya Jika Menelantarkan Mereka
"Itu akan membuat kesehatan mental anak melemah," ucap Sophie.