Banyak fase yang dilewati oleh sebuah peradaban, masa kelam, kejayaan, pahit dan manis, menyatu meninggalkan berbagai cerita dan kenangan, yang akan terus bergulir dan tercatat dalam sejarah.
Setidaknya, itulah yang ditemukan kala datang dan menginjakkan kaki di nagari Maek. Desa yang indah dan asri di lereng bukit barisan.
Inilah nagari seribu menhir di pedalaman Sumatera Barat, sebuah nagari yang menjadi saksi kehidupan masa lalu, zaman prasejarah.
Nagari Maek berada di Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Butuh waktu sekitar satu setengah jam berkendara, dari pusat kota Payakumbuh untuk sampai di sana. Melewati sejumlah nagari, diantaranya Taeh, Suliki, Andiang, Banja Loweh, dan Simun.
Perjalanan melintasi pemukiman, perladangan dan perbukitan, dengan jalan kecil yang berliku. Namun keindahan alam di sepanjang jalan, membuat perjalanan terasa singkat.
Di nagari maek diperkirakan ada seribu lebih menhir, yang tersebar sedikitnya di tiga belas titik. Namun hingga kini baru ada tiga lokasi yang sudah dikelola pemerintah. Megalit tersebut diperkirakan sudah ada sejak 6000 tahun sebelum masehi.
Ini adalah lokasi menhir yang pertama dijumpai, saat sampai di maek. Namanya situs cagar budaya megalit balai batu, yang berada di jorong koto gadang.
Di area seluas empat ribu tujuh ratus meter persegi ini, terlihat tiga puluh satu menhir. Sebagian masih berdiri, dan sebagian rebah di atas tanah.
Bentuknya pun beragam. Ada yang terlihat seperti kepala binatang, berbentuk biji-bijian dan tangkai pedang. Seluruh menhir yang masih berdiri menghadap ke arah utara atau arah gunung sago. Salah satu yang tertinggi berukuran dua ratus sepuluh sentimeter dan lebar empat puluh lima centi meter.
Tidak hanya batu – batu berukuran besar, juga ada gundukan tanah yang sekelilingnya di topang susunan batu. Luasnya dua belas meter persegi, dengan tinggi delapan puluh lima sentimeter. berbentuk punden yang berukuran kecil. inilah yang oleh warga disebut balai batu. selain itu, di lokasi ini juga terdapat lesung atau lumpang batu.
Terik matahari menyengat, saat sampai di situs bawah parit. area situs ini terluas dari seluruh lokasi menhir di nagari maek. setidaknya terdapat tiga ratus tujuh puluh lima menhir berbagai ukuran terhampar. situ bawah parit ditetapkan sebagai cagar budaya oleh menteri pendidikan dan kebudayaan pada juni 2010 silam.
Menhir tertinggi berukuran empat ratus lima sentimeter, namun sudah dalam kondisi rebah. sementara yang masih berdiri setinggi tiga ratus dua puluh enam sentimeter.
Seperti halnya di situs balai batu, menhir di bawah parik juga mengarah ke gunung Sago.
Saat melihat berbagai sisa peninggalan zaman pra sejarah ini, aku bertemu dengan wike aprilia. ia adalah jupel atau juru pelihara situs bawah parik. wike sudah bertugas selama empat tahun.
Santiana, wanita lima puluh dua tahun ini merupakan penduduk setempat. ia juga saksi mata saat proses penggalian menhir di situs bawah parit dilakukan sekitar tahun delapan puluh lima, atau saat ia masih duduk di bangku smp.
Menurutnya, tim peneliti saat itu menemukan tulang belulang di bawah menhir. temuan itu menurutnya dibawa oleh peneliti.
Sebelum seperti saat ini, kawasan cagar budaya bawah parit merupakan semak belukar. menurut santiana, jumlah menhir saat itu jauh lebih banyak dari yang terlihat saat ini.
Namun karena ketidaktahuan warga tentang benda megalit itu, banyak warga yang membawanya pulang untuk berbagai keperluan, termasuk membangun rumah.
Santiana dan warga setempat menduga, menhir yang ada di situs bawah parit di buat oleh rombongan generasi pertama manusia yang datang ke daerah itu. sementara mereka merupakan keturunan dari generasi pendatang ke tiga.
Keberadaan menhir-menhir di nagari maek berada di bawah pengawasan balai pelestarian cagar budaya provinsi sumatera barat.
Menurut rafki, staf teknis kelompok pemeliharaan dan pemugaran bpcb sumbar, sedikitnya ada lima puluh titik menhir di kabupaten limapuluh kota. dari jumlah itu, tiga belas titik berada di nagari maek. namun saat ini baru tiga tempat yaitu situs bawah parit, balai baru dan ronah yang terdaftar.
Dengan keberadaan menhir di maek, menjadikan kabupaten lima puluh kota sebagai daerah di sumbar dengan menhir terbanyak.
Menhir di daerah maek disimpulkan sebagai tanda kubur, karena saat eskavasi di tahun delapan puluhan, ditemukan tulang belulang manusia di bawahnya. sementara di daerah lain juga digunakan untuk tapal batas dan monumen.
Menhir yang ditemukan di situs bawah parit ada beberapa yang di ukir. diduga hal itu sebagai penanda status sosial orang di terkubur.
Saat ini keberadaan menhir di nagari maek semakin dikenal luas oleh masyarakat. banyak peneliti dan orang yang tertarik dengan sejarah yang datang berkunjung ke lokasi ini.
Meski jumlahnya berkurang dibanding tahun delapan puluhan, namun sisa menhir yang ada saat ini seharusnya tetap dipelihara, sebagai warisan peradaban masa lalu untuk generasi nanti.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang situs prasejarah di Maek Limapuluh Kota, nonton video ini: