Beban Hutang Perusahaan Terbukti Melemahkan Kinerja Keuangan

Beban Hutang Perusahaan Terbukti Melemahkan Kinerja Keuangan

Ilustrasi. [Canva]

Cekricek.id - Perusahaan yang terlalu bergantung pada hutang ternyata menghadapi risiko serius terhadap kesehatan finansialnya. Penelitian terbaru yang melibatkan 71 perusahaan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2021-2023 mengungkap fakta mengejutkan: semakin tinggi tingkat hutang perusahaan, baik jangka pendek maupun panjang, semakin lemah kinerja keuangannya.

Temuan ini menjadi peringatan penting bagi dunia bisnis Indonesia, terutama di era pasca-pandemi ketika banyak perusahaan masih bergulat dengan pemulihan ekonomi dan keputusan pendanaan yang tepat.

Hutang Jangka Pendek: Ancaman Likuiditas yang Nyata

Penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Ekonomi ini menemukan bahwa hutang jangka pendek memberikan dampak negatif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Anggi Lestari dan Henny Wirianata dari Universitas Tarumanagara menganalisis data keuangan perusahaan sektor consumer cyclical dan non-cyclical untuk mengungkap pola ini.

"Hutang jangka pendek menciptakan tekanan likuiditas karena perusahaan harus menyediakan arus kas yang cukup dalam waktu singkat," jelaskan para peneliti. Ketika perusahaan tidak mampu menghasilkan arus kas yang memadai, risiko gagal bayar meningkat drastis.

Dampaknya tidak hanya pada reputasi. Perusahaan yang terjebak dalam spiral hutang jangka pendek sering kali kesulitan mendanai aktivitas strategis seperti riset dan pengembangan. Sebagian besar arus kas mereka tersedot untuk melunasi kewajiban, sehingga pertumbuhan jangka panjang terhambat.

Hutang Jangka Panjang: Beban Bunga yang Mencekik

Meski memberikan waktu pelunasan lebih lama, hutang jangka panjang ternyata tidak kalah berbahayanya. Penelitian ini mengungkap bahwa beban bunga yang harus dibayar secara berkala dalam jangka waktu bertahun-tahun secara langsung mengurangi profitabilitas perusahaan.

Ketergantungan berlebihan pada hutang jangka panjang juga membatasi fleksibilitas perusahaan dalam mengambil keputusan investasi. Dana yang seharusnya bisa digunakan untuk ekspansi atau inovasi justru terikat untuk membayar cicilan dan bunga hutang.

"Perusahaan dengan hutang jangka panjang tinggi lebih rentan terhadap fluktuasi ekonomi," temukan peneliti. Ketika kondisi pasar memburuk, mereka memiliki ruang manuver yang sangat terbatas untuk beradaptasi.

Siklus Konversi Kas: Efisiensi yang Terabaikan

Selain hutang, penelitian ini juga mengungkap peran krusial cash conversion cycle (CCC) atau siklus konversi kas dalam menentukan kinerja keuangan. CCC mengukur berapa lama perusahaan membutuhkan waktu untuk mengubah investasi dalam persediaan dan piutang menjadi kas.

Temuan menunjukkan bahwa semakin panjang siklus konversi kas, semakin buruk kinerja keuangan perusahaan. Hal ini terjadi karena dana perusahaan terikat lebih lama dalam siklus operasional, mengurangi fleksibilitas keuangan dan meningkatkan biaya operasional.

Perusahaan dengan CCC tinggi harus menanggung biaya penyimpanan, pengelolaan persediaan, dan biaya lain yang terkait dengan proses produksi atau distribusi dalam waktu lebih lama. Biaya-biaya ini langsung memangkas margin keuntungan.

Perbedaan Sektor: Cyclical vs Non-Cyclical

Penelitian ini secara khusus membandingkan perusahaan sektor consumer cyclical (seperti otomotif dan ritel) dengan consumer non-cyclical (seperti makanan dan farmasi). Sektor cyclical lebih sensitif terhadap fluktuasi ekonomi, sementara sektor non-cyclical cenderung lebih stabil karena menyediakan kebutuhan pokok.

Menariknya, dampak negatif hutang terhadap kinerja keuangan ditemukan konsisten di kedua sektor. Ini menunjukkan bahwa terlepas dari karakteristik industri, pengelolaan hutang yang buruk tetap menjadi ancaman universal bagi kesehatan finansial perusahaan.

Implikasi untuk Dunia Bisnis Indonesia

Temuan ini memiliki implikasi praktis yang signifikan. Pertama, perusahaan perlu lebih selektif dalam menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Kedua, optimalisasi siklus konversi kas harus menjadi prioritas manajemen.

"Perusahaan harus menemukan keseimbangan optimal antara hutang dan ekuitas untuk meminimalkan biaya keuangan," saran para peneliti. Mereka juga menekankan pentingnya mempercepat perputaran persediaan dan mengoptimalkan pengelolaan piutang untuk mengurangi CCC.

Bagi investor, penelitian ini memberikan panduan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan. Tingkat hutang yang tinggi dan siklus konversi kas yang panjang bisa menjadi sinyal peringatan untuk potensi investasi.

Metodologi dan Kredibilitas Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan menganalisis 213 data dari 71 perusahaan selama tiga tahun (2021-2023). Data diolah menggunakan analisis regresi berganda dengan aplikasi Eviews 12, memberikan tingkat kredibilitas yang tinggi.

Para peneliti mengukur kinerja keuangan menggunakan Return on Assets (ROA), sementara hutang diukur dengan rasio hutang terhadap total aset dan ekuitas. Siklus konversi kas dihitung berdasarkan komponen Days Inventory Outstanding, Days Sales Outstanding, dan Days Payable Outstanding.

Relevansi di Era Pasca-Pandemi

Periode penelitian 2021-2023 memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan di era pasca-pandemi COVID-19. Banyak perusahaan yang mengambil hutang tambahan untuk bertahan selama masa sulit, namun penelitian ini menunjukkan bahwa strategi tersebut bisa berdampak jangka panjang pada kinerja keuangan.

"Data terbaru ini lebih relevan karena mencerminkan kondisi riil perusahaan setelah menghadapi guncangan ekonomi besar," kata para peneliti.

Temuan ini sejalan dengan teori agency dan signalling theory yang menjelaskan bagaimana keputusan pendanaan mempengaruhi persepsi investor dan efisiensi operasional perusahaan.

Dengan 42 persen variasi kinerja keuangan dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang diteliti, masih ada ruang untuk eksplorasi faktor lain yang mempengaruhi kesehatan finansial perusahaan. Namun, pesan utamanya jelas: pengelolaan hutang dan siklus kas yang efisien adalah kunci keberlanjutan bisnis di Indonesia.

Baca Juga

Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Twitter Jadi Ladang Perlawanan: Kebangkitan Nasionalisme Melayu Baru di Era Digital
Ketika Twitter Jadi Ladang Perlawanan: Kebangkitan Nasionalisme Melayu Baru di Era Digital
Pasar Tradisional Minangkabau Terbukti Jadi Inkubator Kapitalisme Lokal Selama Puluhan Tahun
Pasar Tradisional Minangkabau Terbukti Jadi Inkubator Kapitalisme Lokal Selama Puluhan Tahun
Indonesia dan Swiss perkuat kemitraan strategis di bidang teknologi kesehatan dan farmasi melalui forum inovasi dan investasi 2025 untuk mendorong pertumbuhan sektor.
Indonesia Perkuat Kemitraan Strategis Teknologi Kesehatan dan Farmasi dengan Swiss