Cekricek.id - Para astronom kini memiliki pemahaman baru tentang masa lalu vulkanik Bulan setelah berhasil menganalisis butiran kaca mikroskopis yang ditemukan selama misi Apollo. Teknologi canggih memungkinkan para peneliti mengungkap rahasia yang tersimpan dalam sampel berusia miliaran tahun tersebut.
Ketika astronot Apollo pertama kali menginjakkan kaki di permukaan lunar, mereka mengharapkan menemukan bebatuan abu-abu dan debu biasa. Namun yang mereka temukan justru sesuatu yang tampak hampir magis yaitu butiran kaca oranye berkilau yang tersebar di lanskap Bulan seperti permata mikroskopis. Setiap butiran berukuran lebih kecil dari sebutir pasir dan merupakan kapsul waktu purba dari masa Bulan masih aktif secara vulkanik.
Kisah butiran kaca ini dimulai dari aktivitas vulkanik eksplosif yang menakjubkan untuk disaksikan. Butiran tersebut terbentuk ketika gunung berapi lunar menyemprotkan material dari interior ke permukaan, dimana setiap tetes lava mengeras seketika dalam ruang hampa dingin yang menyelimuti Bulan. Bayangkan letusan vulkanik serupa air mancur lava Hawaii yang terkenal, namun terjadi di lingkungan tanpa atmosfer di luar angkasa.
Tanpa atmosfer yang memperlambat atau cuaca yang mengikis material tersebut, butiran kaca mungil ini tetap utuh selama lebih dari tiga miliar tahun. Selama 50 tahun, sampel-sampel ini menunggu di laboratorium hingga teknologi dapat mengimbangi rasa ingin tahu ilmiah.
Kini, para peneliti akhirnya berhasil mengintip bagian dalam butiran menggunakan teknik mikroskop canggih yang tidak tersedia selama era Apollo. Tim riset menggunakan berbagai alat pemotong mutakhir termasuk berkas ion energi tinggi dan mikroskop elektron untuk menganalisis butiran tanpa merusaknya. Mereka harus sangat hati-hati melindungi sampel dari atmosfer Bumi yang dapat mengubah mineral purba di permukaannya.
"Mereka adalah beberapa sampel luar angkasa paling menakjubkan yang kami miliki, butiran-butiran itu merupakan kapsul mungil yang murni dari interior lunar," kata Peter Ogliore, profesor fisika asosiasi di Universitas Washington di St. Louis, kepada media, dikutip livescience.
Nilai ilmiah butiran ini terletak pada keberagaman warna dan komposisinya yang menceritakan berbagai bab dari kisah vulkanik Bulan. Beberapa butiran berwarna oranye mengkilap, yang lainnya berwarna hitam glossy, dan setiap variasi mengungkap informasi tentang berbagai jenis letusan yang terjadi selama jutaan tahun.
Komposisi mineral dan isotop dari permukaan butiran berfungsi sebagai probe untuk menyelidiki tekanan, suhu, dan lingkungan kimia yang berbeda dari letusan lunar 3,5 miliar tahun yang lalu. Para ilmuwan menemukan bahwa gaya aktivitas vulkanik berubah seiring waktu, memberikan wawasan tentang bagaimana interior Bulan berevolusi.
Seperti yang digambarkan Ogliore secara puitis, menganalisis butiran ini adalah "seperti membaca jurnal dari vulkanolog lunar purba." Setiap bola kecil mengandung petunjuk tentang kondisi jauh di dalam Bulan selama era ketika tata surya kita masih muda dan dinamis.
Baca juga: Misi Bersejarah Berakhir: Pendarat Bulan "Odysseus" Mati
Temuan butiran kaca ini mengingatkan bahwa Bulan bukanlah dunia yang tenang dan tidak aktif seperti yang terlihat saat ini. Miliaran tahun lalu, Bulan merupakan tempat yang aktif secara geologis dengan gunung berapi eksplosif yang menciptakan jendela mikroskopis indah ke dalam sejarah lunar yang terus mengungkap rahasianya kepada sains modern.