Cekricek.id – Banyak yang percaya bahwa jatuh cinta adalah perasaan yang terjadi secara spontan, acak, dan tidak terkendali. Namun, perlu diketahui bahwa perasaan tersebut nyatanya bukanlah hal yang spontan atau acak, dan tentunya berada di bawah kendali kita.
Cinta juga bukan sesuatu instan, tapi tumbuh secara bertahap. Itulah sebabnya seseorang dapat dengan mudah mengakhiri perselingkuhan yang terjadi pada tahap awal. Namun, jauh lebih sulit untuk keluar dari hubungan yang sudah terjalin dalam jangka panjang.
Jika begitu, bisakah benih cinta ditanam secara sintetis? Dengan kata lain, bisakah kita membuat seseorang jatuh cinta menggunakan eksperimen?
Melansir Your Tango, pada tahun 1997, Arthur Aron dan rekan-rekannya berhasil membuat percobaan laboratorium yang membuat orang asing jatuh cinta dalam sesi 45 menit.
Setiap pasangan subjek dalam penelitian itu memasuki lab dari pintu yang berbeda dan duduk saling berhadapan. Mereka kemudian harus menjawab 36 pertanyaan dari yang sederhana hingga semakin intens.
Mulai dari pertanyaan “Apakah kamu ingin menjadi terkenal?” hingga “Kapan terakhir kali kamu menangis di depan orang lain?”
Aron dan timnya membandingkan kelompok percobaan ini dengan kelompok lain di mana pasangan juga bertemu selama 45 menit sesi, tetapi diizinkan untuk berinteraksi secara bebas.
Pasangan dalam kelompok pertama mengungkapkan perasaan kedekatan dan keintiman mereka yang lebih kuat. Bahkan satu pasangan dalam percobaan itu bisa melenggang ke jenjang pernikahan enam bulan setelah percobaan.
Alasan Perasaan Cinta Bisa Dihasilkan Lewat Sains
Apa yang membuat penelitian cinta Aron begitu efektif dalam membangkitkan kedekatan, keintiman, dan akhirnya menghasilkan perasan cinta? Hal itu diasumsikan bahwa mekanisme yang menimbulkan perasaan ini dapat diringkas dalam dua kata: komitmen dan harga diri.
Kebanyakan kencan gagal berkembang menjadi hubungan yang serius bukan karena kurangnya kecocokan, melainkan karena kurangnya komitmen. Tanpa komitmen, pasangan yang sempurna pun pasti akan gagal.
Pernikahan yang diatur di mana pasangan menikah beberapa hari setelah bertemu satu sama lain untuk pertama kalinya tidak kalah stabil dari pernikahan cinta. Pasangan dalam pernikahan seperti itu tumbuh untuk mencintai satu sama lain setelah menikah karena mereka berkomitmen untuk mencari cinta ini.
Kekuatan lain yang berperan dalam eksperimen Aron adalah harga diri. Dicintai membentuk kembali harga diri kita dan memperkuat kepercayaan diri pada keterampilan sosial yang diperlukan untuk menjaga hubungan romantis.
Pertukaran informasi intim meningkatkan harga diri penerima. Jika pasangan bersedia berbagi beberapa rahasianya yang paling intim, pasangan tersebut pasti berhasil dalam membentuk hubungan. Perasaan harga diri ini tidak hanya membuat seseorang merasa baik; tapi juga menarik seseorang pada orang yang membuat mereka merasa seperti itu.
Eksperimen Aron memberi pandangan penting yang memiliki implikasi jauh di luar batasan laboratorium. Ini adalah wawasan yang berharga bagi pasangan yang memulai hubungan baru atau yang telah menjalin hubungan selama beberapa dekade.
Baca juga: Mau Nembak Tapi Masih Ragu? Ini 7 Tanda Gebetan Tidak Tertarik denganmu
Keterbukaan tidak selalu mudah bagi setiap pasangan, tetapi pada akhirnya dapat memperkuat hubungan . Itu membuat pasangan merasa lebih baik tentang satu sama lain, bahkan ketika informasi yang lebih intens mengalir satu arah dan tentu saja ketika mengalir di kedua arah.