Cekricek.id - Di berbagai negara, metode unik digunakan untuk membangunkan orang sahur selama bulan Ramadan. Di Turki, misalnya, para pemain drum berkeliling jalan sebelum fajar tiba untuk membangunkan umat Muslim agar dapat mengonsumsi sahur, makanan pre-dawn yang memberi kekuatan sepanjang hari puasa.
Tradisi membangunkan untuk sahur ini terus berkembang, melibatkan kebiasaan dari sejarah panjang di masing-masing negara, mulai dari pekikan Seheriwalas di India hingga lentera berwarna di Mesir yang menandakan waktu bersama dan kebahagiaan.
Artikel ini akan mengeksplorasi beragam tradisi sahur yang kaya akan budaya dan nilai historis ini, yang menunjukkan keberagaman cara umat Islam menyambut Ramadan.
Tradisi Sahur di Turki
Di Istanbul, Turki, ribuan penabuh drum Ramadan bersiap untuk berkeliling di 963 lingkungan guna membangunkan penduduk untuk sahur. Para penabuh drum ini bukan sembarang orang, mereka harus merupakan profesional sekaligus penduduk dari lingkungan tempat mereka bertugas.
Tidak hanya menabuh drum, mereka juga mendeklamasikan puisi-puisi pendek tentang Ramadan untuk membangunkan warga. Pada tahun 2021, mereka melakukan persiapan akhir untuk beraksi di jalanan pada Minggu dini hari.
- Mukhtar, pejabat terpilih yang bertanggung jawab atas lingkungan, mengatur pendaftaran para penabuh drum.
- Di Istanbul, yang memiliki populasi lebih dari 15 juta orang, terdapat hingga 3.300 penabuh drum yang melayani selama Ramadan.
- Penabuh drum yang dikenal dengan "nakkare" ini harus mendaftar dengan menunjukkan KTP mereka ke kantor mukhtar setempat.
- Setelah terdaftar, para penabuh drum diberikan tanda pengenal resmi.
- Mereka mempersiapkan puisi yang akan mereka bacakan selama Ramadan, beberapa di antara mereka memiliki pengalaman hingga 30 tahun.
Tradisi unik di Turki ini tidak hanya terbatas pada penabuh drum. Ada juga tradisi menembakkan meriam saat matahari terbenam, penabuh drum yang membangunkan orang untuk sahur, teks bercahaya di langit, pertunjukan cerita rakyat, pemberian koin perak dan emas, serta makanan dan minuman khusus Ramadan.
Saat penabuh drum beraksi dan mendeklamasikan puisi, lampu di apartemen-apartemen menyala, menandakan bahwa penduduk telah mulai makan sahur mereka. Di negara-negara bekas Kesultanan Ottoman, termasuk Bosnia, rumah kopi buka sepanjang malam untuk melayani komunitas selama Ramadan. Mahya adalah tradisi Ramadan di Turki, di mana pesan-pesan keagamaan dituliskan menggunakan lampu yang digantung di antara menara masjid.
Tradisi Sahur di India
Di India, tradisi membangunkan orang sahur memiliki keunikan tersendiri di berbagai daerah:
- Kashmir: Sahar Khans di Koil, Kashmir yang dikelola India, berjalan melalui desa mereka sebelum fajar, memukul drum dan berteriak "waqt-e-sahar" untuk membangunkan penduduk untuk suhoor. Tradisi ini diwariskan dari ayah ke anak dan dilakukan karena devosi agama, meskipun penghasilan mereka berkurang karena penggunaan alarm dan smartphone. Di akhir Ramadan, mereka menerima beras dan uang tunai sebagai bayaran atas jasa mereka.
- Old Delhi: Di Old Delhi, Munaadis (Town Criers) berkeliling memanggil orang-orang saleh untuk bangun sehri. Meskipun gadget modern telah membuat jasa mereka menjadi kurang dibutuhkan di banyak area, beberapa masih rela menjadi sukarelawan. Tradisi munaadi di Old Delhi terpengaruh oleh pandemi COVID-19 dan lockdown.
- Varanasi dan Kolkata: Di Varanasi, Uttar Pradesh, suara kerang yang ditiup adalah praktek umum untuk membangunkan Muslim untuk sahur. Sementara di Kolkata, ibu kota West Bengal, keluarga Muslim menggunakan ketukan "falooa wallah", pola ritmis tertentu, untuk membangunkan anggota keluarga untuk sahur.
- Mumbai: Di Mumbai, ibu kota finansial India, "muezzin", orang yang memanggil untuk sholat, berjalan melalui jalan-jalan untuk membangunkan Muslim untuk sahur, terutama di area berpenduduk Muslim yang padat seperti Bhendi Bazaar dan Mohammed Ali Road.
- Menu Sahur: Di India, menu sahur seringkali terdiri dari hidangan tradisional India seperti parathas, upma, poha, dan seviyan, disertai dengan teh atau lassi.
Tradisi tersebut menunjukkan bagaimana kebudayaan dan devosi agama berpadu dalam praktik membangunkan sahur, mencerminkan keberagaman dan kekayaan budaya dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Tradisi Sahur di Albania
Di Albania, kelompok Muslim Roma memiliki cara unik untuk mengumumkan awal dan akhir Ramadan. Mereka menyampaikan tradisi ini melalui lagu-lagu tradisional yang khas. Selama bulan suci Ramadan, Muslim Roma berkeliling mengetuk Lodra, sebuah drum berkepala dua, sambil berjalan di jalan-jalan.
Keluarga Muslim di Albania seringkali mengundang mereka ke rumah mereka untuk memainkan lagu-lagu tradisional sebelum Iftar, waktu berbuka puasa.
- Saat sahur, yang merupakan makanan sebelum fajar tiba, keluarga Muslim di Albania bangun untuk mempersiapkan dan mengonsumsi makanan tersebut sesuai dengan tradisi Ramadan.
- Waktu sahur dan permulaan puasa ditentukan berdasarkan waktu matahari terbit lokal, yang bisa sangat bervariasi di seluruh negara karena posisi geografis dan topografi Albania.
- Meskipun terdapat variasi waktu, mayoritas Muslim Albania mengikuti tradisi bangun sahur yang sama, yang merupakan bagian penting dari pengamalan budaya dan agama mereka selama bulan Ramadan.
Tradisi Sahur di Mesir
Di Mesir, suara drum misaharati menjadi pertanda bagi warga untuk bangun sahur, makanan penting sebelum fajar di bulan Ramadan. Misaharati, sang penabuh drum, berkeliling menyusuri jalan-jalan sambil memanggil nama-nama atau menyanyikan himne, seringkali ditemani oleh anak kecil yang membawa lentera. Setiap wilayah memiliki misaharati khusus, menjadikan tradisi ini terasa unik dan berbeda di setiap daerah.
- Misaharati memainkan peran penting dalam menjaga rasa kebersamaan dan komunitas selama Ramadan.
- Seorang misaharati harus memiliki kebugaran fisik, kesehatan yang baik, suara yang lantang, paru-paru yang kuat, kemampuan membaca puisi, dan doa sepanjang malam untuk membangunkan mereka yang tertidur.
- Meski tradisi ini mulai hilang akibat perubahan gaya hidup, penggunaan teknologi seperti alarm, dan perubahan sosial seperti rumah yang lebih besar dan kota yang lebih bising, namun masih tetap bertahan di beberapa area.
Selama Ramadan, tenda-tenda Mueed El-Rahman didirikan untuk menyediakan makanan bagi orang miskin, pengemis, dan pelancong. Di Mesir, tidak hanya sahur yang menjadi momen penting, tetapi juga iftar, dimana warga satu lingkungan berkumpul di meja yang sama untuk makan malam. Kegiatan lain seperti shalat tarawih dan malam Lailatul Qadar juga menjadi bagian penting selama sepuluh hari terakhir Ramadan. Selain itu, turnamen Ramadan, terutama turnamen sepak bola antar wilayah, menjadi sangat populer selama bulan ini.
Tradisi Sahur di Maroko
Selama bulan suci Ramadan, Maroko memiliki tradisi unik dalam membangunkan warga untuk makan sahur. Kegiatan ini dilakukan oleh para pemain drum dan pemain tanduk yang dikenal sebagai Nafar dan Tebbal, yang rela menjadi sukarelawan untuk berjalan menyusuri jalan-jalan demi membangunkan orang untuk Sahur.
Mereka memainkan peran penting dalam identitas keagamaan dan budaya Maroko, dan seringkali mendapatkan ucapan terima kasih berupa tip dari warga, terutama pada malam terakhir Ramadan.
- Nafar dan Tebbal merupakan bagian integral dari identitas keagamaan dan budaya Maroko, memainkan peran besar dalam komunitas lokal.
- Mesaharaty di Maroko mengetuk pintu dengan tongkat untuk membangunkan warga untuk Sahur, sebuah tradisi yang telah dimulai sejak zaman khalifah Abbasiyah dengan mesaharaty pertama yang dikenal adalah Otbat Bin Ishaq pada tahun 238 H.
- Di Maroko, makanan Sahur yang populer termasuk harira (sup tradisional), telur, zaitun, dan kurma, yang membantu mempersiapkan warga untuk hari puasa yang panjang.
Keberagaman budaya dan tradisi dalam membangunkan sahur sepanjang bulan Ramadan yang telah diuraikan di atas menegaskan kedekatan nilai-nilai komunitas dan devosi terhadap keagamaan. Berbagai tradisi dari Turki ke Maroko, dari drum penabuh hingga seruan dari Seheriwalas, mencerminkan bagaimana kekayaan budaya dan keunikan tiap negara terjalin dalam praktik ritual yang mempersatukan.
Baca juga: Tata Cara dan Niat Mandi Wajib Sebelum Puasa Ramadan
Dalam meneruskan semangat kesatuan dan pengayaan pengetahuan, pembaca diundang untuk mengeksplorasi lebih lanjut keindahan dan kedalaman nilai-nilai ini. Momen ini juga menginspirasi untuk merenungkan praktik budaya kita sendiri dan menyemarakkan bulan suci dengan tradisi yang mempertegas jati diri. Kecermatan dan keaslian ritual Ramadan ini, tanpa diragukan lagi, akan berlanjut memperkaya tapestry keberagamaan yang kita nikmati.
Membangunkan seseorang untuk makan sahur adalah amalan yang dianjurkan dalam Islam yang akan membawa keberkahan. Praktik ini juga berperan dalam memperkuat persaudaraan (ukhuwah islamiyah) di antara umat Muslim yang berpuasa.