Dampak Kebijakan ASO pada Pendapatan MNCN dan Rencana Merger dengan BMTR

Dampak Kebijakan ASO pada Pendapatan MNCN dan Rencana Merger dengan BMTR

Ilustrasi. [Ist]

Analisis dampak kebijakan Analog Switch Off (ASO) terhadap pendapatan MNCN dan rencana strategis merger dengan BMTR dalam lanskap media digital."

Cekricek.id - Dalam era digitalisasi yang semakin pesat, kebijakan Analog Switch Off (ASO) telah memberikan dampak signifikan terhadap industri televisi. Salah satunya terasa oleh MNCN, salah satu unit usaha Grup MNC di bawah kepemimpinan Hary Tanoesoedibjo.

Sebagai Executive Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo mengungkapkan bahwa implementasi ASO telah menekan pendapatan MNCN selama semester I/2023. Data keuangan menunjukkan penurunan pendapatan usaha MNCN sebesar 15,7% YoY, dengan total pendapatan sebesar Rp4,44 triliun.

Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan pendapatan dari iklan konvensional yang mencapai 25,89% YoY.

Namun, di tengah tantangan tersebut, pendapatan dari iklan digital MNCN hanya tumbuh tipis 0,55% YoY. Ini menunjukkan bahwa transformasi digital memang bukanlah hal yang mudah, meskipun potensinya sangat besar.

Hary Tanoesoedibjo menegaskan bahwa meskipun industri TV free-to-air (FTA) menghadapi tekanan, MNC Group tetap berkomitmen untuk menyajikan konten berkualitas. Hal ini terbukti dengan dominasi MNCN di pasar iklan sebesar 46,1% dan pangsa pemirsa yang mencapai 43,1% selama jam prime time.

Selain itu, MNCN terus berinovasi dengan menjalin kemitraan dan merambah ke berbagai bisnis hiburan lainnya. "Kami optimis dengan langkah-langkah yang kami ambil dan berharap dapat melihat hasil positif di masa mendatang," ungkap Hary Tanoesoedibjo dalam sebuah wawancara.

Dalam konteks transformasi, ASO sendiri merupakan kebijakan transisi dari siaran TV analog ke digital. Kementerian Komunikasi dan Informatika berharap masyarakat dapat menikmati kualitas siaran yang lebih baik melalui kebijakan ini.

Di sisi lain, MNCN mencatat beban langsung sebesar Rp2,29 triliun dan laba kotor terkoreksi sebesar 27,41% YoY. Namun, aset MNCN terus tumbuh, mencerminkan stabilitas perusahaan di tengah tantangan.

Sebagai langkah strategis, Grup MNC berencana untuk menggabungkan MNCN dengan PT Global Mediacom Tbk. (BMTR). Samuel Tanoesoedibjo, Investor Relation MNCN, menjelaskan bahwa merger ini bertujuan untuk mempermudah investor berinvestasi di Grup MNC, yang memiliki banyak entitas terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dengan fokus pada bisnis digital, Grup MNC berharap dapat memaksimalkan potensi dan menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik.

Baca Juga

Proses ekspor cokelat lokal Padang ke Singapura oleh Lile Chocolate di Padang Selatan
UMKM Padang Naik Kelas Lewat Ekspor Cokelat ke Luar Negeri
Ekonomi Digital Terbukti Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Ekonomi Digital Terbukti Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Fasilitas penyimpanan kimia dan gas serta dermaga milik Chandra Daya Investasi di kawasan industri
Perusahaan Pembangkit Listrik Milik Konglomerat Prajogo IPO, Targetkan Dana 2,4 Triliun
Pasar Saham Asia Bergejolak Setelah AS Ancam Serang Iran
Pasar Saham Asia Bergejolak Setelah AS Ancam Serang Iran
Beban Hutang Perusahaan Terbukti Melemahkan Kinerja Keuangan
Beban Hutang Perusahaan Terbukti Melemahkan Kinerja Keuangan
Indonesia dan Swiss perkuat kemitraan strategis di bidang teknologi kesehatan dan farmasi melalui forum inovasi dan investasi 2025 untuk mendorong pertumbuhan sektor.
Indonesia Perkuat Kemitraan Strategis Teknologi Kesehatan dan Farmasi dengan Swiss