Cekricek.id - Moungi Bawendi, seorang profesor dari MIT, kini dikenal sebagai salah satu pemenang hadiah Nobel Kimia tahun ini berkat kontribusinya dalam pengembangan "quantum dots". Namun, siapa sangka bahwa di masa mudanya, Bawendi pernah mengalami kegagalan yang hampir menghancurkan semangatnya.
Quantum dots adalah nanopartikel yang kini digunakan dalam layar TV generasi terbaru dan juga berperan dalam mendeteksi tumor di dalam tubuh. Namun, di balik pencapaian gemilang ini, ada kisah Bawendi yang kurang dikenal.
Saat menjadi mahasiswa baru di Harvard University pada akhir 1970-an, Bawendi menghadapi tantangan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Dengan latar belakang sebagai siswa berprestasi di sekolah menengah, Bawendi mengaku tak pernah kesulitan dalam belajar.
Namun, saat ujian kimia pertamanya di Harvard, ia merasa terintimidasi dan gagal menjawab sebagian besar pertanyaan. Hasilnya? Ia hanya mendapat 20 dari 100 poin, menjadi nilai terendah di kelasnya.
Kegagalan ini hampir saja membuat Bawendi menyerah. Namun, dengan tekad kuat, ia memutuskan untuk belajar lebih keras dan memahami seni persiapan ujian. Hasilnya, setelah itu, ia selalu mendapat nilai sempurna di setiap ujian.
Kisah Bawendi mengajarkan kita tentang pentingnya ketekunan dan semangat untuk bangkit dari kegagalan.
Meskipun ia tidak menemukan quantum dots, Bawendi merevolusi teknik manufaktur nanopartikel ini dengan presisi dan skala yang besar, membuka jalan bagi berbagai aplikasi di masa kini.
Sebagai pesan untuk generasi muda, Bawendi menekankan: "Bertahanlah, dan jangan biarkan hambatan menghancurkanmu." Sebuah pesan yang menginspirasi, terutama bagi mereka yang sedang berjuang menghadapi tantangan di awal karier mereka.