Banjir Libya: Banjir besar di Libya meningkatkan korban jiwa menjadi ribuan setelah dua bendungan di Derna runtuh. Situasi mendesak memerlukan respons cepat dan bantuan internasional.
Cekricek.id - Ketika alam berbicara, tak ada yang bisa melawannya. Libya, negara yang kaya akan minyak, kini tenggelam dalam duka. Banjir besar telah merenggut lebih dari 3.000 nyawa, demikian disampaikan oleh seorang menteri dari pemerintahan di bagian timur Libya. Derna, kota pelabuhan yang menjadi pusat tragedi, kini terungkap kerusakannya setelah dua bendungannya runtuh.
Derna, kota yang pernah berdiri megah, kini sebagian besar telah hilang. Lebih dari 700 jasad menumpuk di pemakaman, menunggu identifikasi. Pejabat kesehatan setempat memperkirakan hingga 5.000 orang masih hilang.
Dilansir The Guardian, Othman Abdel Jalil, Menteri Kesehatan wilayah tersebut, menyatakan bahwa angka kematian diperkirakan akan mencapai 10.000 jiwa. "Situasi di Derna semakin tragis. Banyak wilayah yang tak bisa diakses," ungkapnya.
Hichem Chkiouat, Menteri Penerbangan Sipil, menggambarkan keadaan di Derna sebagai "bencana". Setelah kunjungannya, ia mengungkapkan, "Banyak bangunan yang runtuh. Saya tak berlebihan jika mengatakan 25% dari kota ini telah lenyap."
Masyarakat yang putus asa meminta informasi tentang kerabat yang hilang melalui media sosial. Banyak yang marah atas lambannya upaya bantuan. Laporan tahun 2022 telah memperingatkan tentang potensi runtuhnya bendungan di Derna, namun tampaknya peringatan tersebut tak mendapat respons yang memadai.
Libya, meski kaya akan minyak, telah dilanda konflik politik dan korupsi sejak pemberontakan 2011 yang menggulingkan Muammar Gaddafi. Upaya membentuk pemerintahan yang bersatu selama dekade terakhir gagal. Investasi untuk infrastruktur dan layanan publik pun menurun drastis.
Dalam upaya bantuan, Abdul Hamid Dbeibeh, kepala Pemerintah Kesatuan Nasional yang berbasis di Tripoli, mengumumkan pengiriman pesawat darurat dengan 14 ton pasokan medis ke Benghazi. Gen Khalifa Haftar, pemimpin militer di timur yang didukung oleh Uni Emirat Arab dan Mesir, juga mengkonfirmasi kedatangan bantuan.
Banjir yang disebabkan oleh Badai Daniel telah memutus komunikasi dan akses internet di Derna. Tidak ada peringatan segera tentang potensi runtuhnya bendungan. Video yang beredar menunjukkan air berlumpur yang menenggelamkan rumah dan kendaraan.
Hudhayfah al-Hasadi, salah satu warga, menggambarkan tragedi tersebut seperti ledakan bom atom. "Ketika bendungan runtuh, air meledak seperti bom, menghancurkan jembatan dan bangunan," katanya.
Osama Ali, juru bicara Otoritas Darurat Libya, menambahkan, "Semua air menuju ke daerah dekat Derna. Rumah-rumah di lembah yang berada di jalur banjir tersapu oleh arus kuat air berlumpur."
Kondisi cuaca tampaknya tidak dipelajari dengan baik. Tidak ada evakuasi keluarga yang berada di jalur badai. Ada laporan konflik tentang permintaan evakuasi kota selama akhir pekan, dan alasan penolakannya masih menjadi misteri.