Harsono Tjokroaminoto

Harsono Tjokroaminoto adalah putera ke-2 dari HOS. Tjokroaminoto. Ia menjadi Menteri Pertahanan pada Kabinet Syahrir. Pria yang lahir di Madiun, 24 April 1913 ini ikut membangun Partai Masyumi pada 1945 dan menjadi pendiri GPII.

Harsono Tjokroaminoto. [Foto: Istimewa]

Siapa Harsono Tjokroaminoto?

Harsono Tjokroaminoto adalah putera ke-2 dari HOS. Tjokroaminoto. Ia menjadi Menteri Pertahanan pada Kabinet Syahrir. Pria yang lahir di Madiun, 24 April 1913 ini ikut membangun Partai Masyumi pada 1945 dan menjadi pendiri GPII.

Selain itu ia menjadi penasehat politik Panglima Besar Jenderal Sudirman dan ikut bergerilya selama berlangsungnya perang kemerdekaan ke-2 (1948-19549).

Setelah 1950, Harsono Tjokroaminoto menjadi Menteri Negara dalam Kabinet Natsir (1950). Dalam bidang pendidikan, ia menjadi Rektor Universitas Tjokroaminoto di Solo pada 1955.

Menjadi menteri Pertama Kementerian Negara Bidang Penyempurnaan dan Pembersiahan Aparatur Negara pada saat Orde Baru. Akhir kariernya adalah sebagai Duta Besar Indonesia untuk Swiss pada 1972-1975.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno