Cekricek.id - Penemuan mengejutkan dari penelitian terbaru mengindikasikan bahaya serius limbah plastik terhadap kehidupan laut, menunjukkan risiko kepunahan massal akibat penggunaan plastik yang berlebihan.
Forum Ekonomi Dunia baru-baru ini mengeluarkan peringatan serius: pada tahun 2050, volume plastik di lautan diprediksi akan melebihi jumlah ikan. Tersebar luas di berbagai ekosistem, plastik kini menjadi ancaman nyata, terutama bagi biota laut. Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa aditif plastik ternyata mengurangi minat seksual pada krustasea mirip udang.
Alex Ford, seorang ekotoksikolog dari Universitas Portsmouth di Inggris, mengemukakan bahwa krustasea ini umum ditemukan di pantai Eropa dan menjadi bagian penting dari rantai makanan ikan dan burung. Gangguan pada spesies ini berpotensi berdampak pada ekosistem secara keseluruhan.
Dalam laporan penelitian yang dipublikasikan di jurnal Environmental Pollution, peneliti Bidemi Green-Ojo dan timnya di Universitas Portsmouth melakukan serangkaian eksperimen pada spesies krustasea malakostrakan, Echinogammarus marinus, dengan memaparkannya pada empat dari sekitar 10.000 aditif kimia dalam plastik.
Green-Ojo menjelaskan, "Empat aditif ini dipilih karena bahaya yang diduga terhadap kesehatan manusia telah terdokumentasi dengan baik. Dua bahan kimia yang kami teliti (DBP dan DEHP) diatur dan tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam produk di Eropa. Sementara dua lainnya tidak memiliki pembatasan dan ditemukan di banyak produk rumah tangga. Kami ingin menguji efek kimia ini pada perilaku kawin akuatik."
Meski adanya regulasi terbaru, tiga dari senyawa ini masuk dalam 30 bahan kimia terdeteksi teratas di permukaan dan air tanah Inggris.
Keempat senyawa yang diuji berpotensi mengurangi keberhasilan kawin krustasea melalui perubahan perilaku. Selain itu, dua bahan kimia yang diuji, triphenyl phosphate (TPHP) dan dibutyl phthalate (DBP), menyebabkan penurunan jumlah sperma.
Ford menambahkan, "Meskipun hewan yang kami uji terpapar pada konsentrasi yang lebih tinggi dari yang biasanya ditemukan di lingkungan, hasil ini menunjukkan bahwa bahan kimia ini dapat memengaruhi jumlah sperma."
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dua bahan kimia lainnya tidak mengurangi jumlah sperma, tetapi tidak berarti mereka tidak memengaruhi kualitas sperma, seperti yang terlihat pada hewan lain dari minnows hingga rodensia.
Di laboratorium, ketika E. marinus berpasangan untuk kawin, mereka kawin lebih sedikit ketika terpapar pada tingkat rendah NBBS, TPHP, dan DEHP.
Temuan ini menambah penelitian yang menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap plastik dan aditifnya memiliki dampak pada kesehatan hewan yang belum sepenuhnya kita ketahui.
Green-Ojo mengajak lembaga lingkungan di seluruh dunia untuk lebih memperhatikan data perilaku, karena terkadang data tersebut mengungkapkan hal yang tidak terdeteksi oleh tes toksisitas biasa.
Lebih dari 20 perusahaan bertanggung jawab atas lebih dari setengah plastik sekali pakai di dunia, dan mereka berperan dalam memperkuat ketergantungan kita pada produk-produk mereka.
Jika aditif plastik memang mengganggu reproduksi hewan, maka ketergantungan kita pada plastik bisa menjadi kontributor kepunahan massal keenamBumi.
Baca juga: Mengatasi Krisis Limbah Popok, Ilmuwan Temukan Cara Daur Ulang yang Efisien dan Cepat
Green-Ojo menekankan pentingnya memahami lebih lanjut tentang bahan kimia ini dan bagaimana mereka memengaruhi perilaku. Banyak jenis perilaku, seperti makan, mode bertarung atau melarikan diri, dan reproduksi, penting dalam kehidupan hewan, dan perilaku abnormal dapat mengurangi peluang bertahan hidup.