Cekricek.id, Portal Islam – Lebaran Idul Fitri tahun ini adalah yang sangat dinanti-nantikan oleh umat muslim, terkhusus warga Indonesia. Hal itu lantaran sudah dibebaskannya melakukan perjalanan mudik oleh pemerintah. Namun, dalam merayakannya juga tak boleh berlebihan seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dahulu kala.
Seperti yang dilansir dari laman resmi Kemenag, Rabu (19/4/2023), bahwa dalam kitab Zaad al-Ma’aad oleh Ibnul Qayyim, kebahagiaan perayaan hari raya umat Islam ini ada batasannya.
Sebagaimana Rasulullah saw yang mengajak para sahabat untuk mengumandangkan takbir dan tahmid sebagai ungkapan suka cita serta rasa syukur yag mendalam atas nikmat Allah SWT. Takbir dan tahmid ini dikumandangkan hanya sampai khutbah kedua saja.
Cara berikutnya adalah dengan menunaikan zakat fitrah kepada fakir miskin dan orang yang disyaratkan layak untuk mendapatkannya. Pada zaman Nabi saw, beliau menyuarakan perintah tersebut kepada para sahabat di pagi hari yang masih gelap gulita sampay batas waktu dikerjakannya salat Idul Fitri.
Pentingnya merayakan hari raya Idul Fitri ini sudah dicantumkan dalam firman Allah SWT dalam Al-qur’an sebagai berikut:
“Katakanlah! Dengan anugerah Allah dan kasih sayang-Nya maka dengan demikian bergembiralah!” (Q.S Yunus ayat 58).
Cara Nabi Muhammad Merayakan Idul Fitri
Dalam merayakan Idul Fitri, sebagai umat Islam hendaknya dilaksanakan dengan batasan-batasan yang wajar. Apalagi pada saat ini, kita belum benar-benar terbebas dari ancaman Covid-19.
Adapun cara Rasulullah saw dalam merayakan hari raya umat Islam tersebut dimulai dengan anjuran mengisi perut sebelum berangkat ke tempat salat Id. Nabi Muhammad melakukannya dengan menyantap tiga butir kurma.
Sebelum berangkat, Nabi saw juga terbiasa mandi dahulu di pagi harinya. Kemudian, memakai pakaian terbaik dengan aroma minyak wangi. Pakaian yang dikenakan oleh Nabi saw juga tak berlebihan.
Seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah b. Umar, disebutkan bahwa Nabi saw pernah dihadiahkan jubah baru berbahan sutra, bahan paling elit, yang dibeli di pasar Madinah.
Namun, Nabi Muhammad saw tak mau memakaonya dan mengatakan bahwa hanya orang yang tak punya akhlak yang cocok mengenakannya. Maknanya adalah dalam merayakan Idul Fitri kita memang disunahkan memakai pakaian yang bagus namun jangan yang terlalu mencolok.
Baca juga: Quraish Shihab Sebut Idul Fitri Sebenarnya Bukanlah Hari Kemenangan
Hal itu dapat menimbulkan kesenjangan sosial di antara umat Islam yang tengah merayakan perayaan hari besar yang datang sekali dalam satu tahun itu.