Cekricek.id - Penelitian terkini telah mengungkap sebuah fakta mengejutkan di dunia satwa: ketakutan yang dirasakan oleh gajah, badak, jerapah, dan berbagai satwa lainnya terhadap manusia ternyata lebih besar dibandingkan dengan ketakutan mereka terhadap singa. Temuan ini tidak hanya mengubah pemahaman kita tentang rantai makanan di alam liar, namun juga memberikan sudut pandang baru dalam upaya konservasi.
Profesor biologi dari Western University, Liana Zanette, bekerja sama dengan Craig Packer dari University of Minnesota, seorang pakar singa terkemuka, dan timnya, baru-baru ini mempublikasikan hasil penelitian ini di jurnal Current Biology. Penelitian dilakukan di Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan, salah satu kawasan konservasi terkemuka di dunia.
Dalam eksperimen ini, tim Zanette menemukan bahwa satwa lokal dua kali lebih cenderung melarikan diri dan meninggalkan sumber air 40% lebih cepat ketika mendengar suara manusia dibandingkan dengan suara singa atau suara berburu lainnya, seperti gonggongan anjing atau tembakan senjata.
Sebanyak 94,7% spesies bereaksi lebih kuat terhadap kehadiran manusia daripada singa.
Hal ini terlihat dari respons jerapah, leopard, hiena, zebra, kudu, babi hutan, dan impala yang lebih sering melarikan diri mendengar suara manusia, serta gajah dan badak yang meninggalkan sumber air lebih cepat.
Zanette mengungkapkan bahwa hasil penelitian ini menambah dimensi baru terhadap dampak lingkungan global yang disebabkan oleh manusia.
"Rasa takut yang signifikan terhadap manusia, seperti yang ditunjukkan di sini dan dalam eksperimen serupa, dapat diharapkan memiliki konsekuensi ekologis dramatis," ujarnya. Studi lain telah menunjukkan bahwa rasa takut itu sendiri dapat mengurangi jumlah satwa liar.
Survei global menunjukkan bahwa manusia membunuh mangsa dengan laju yang jauh lebih tinggi dibandingkan predator lain, menjadikan manusia sebagai "super predator."
Zanette menambahkan, "Sesuai dengan keganasan unik manusia, data dari Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Australia, dan kini penelitian kami di Afrika, menunjukkan bahwa satwa liar di seluruh dunia lebih takut pada manusia daripada predator puncak non-manusia lainnya."
Untuk melakukan eksperimen ini, tim Zanette menggunakan sistem kamera-speaker otomatis tersembunyi di sekitar sumber air yang, saat dipicu oleh kehadiran hewan dalam jarak pendek, merekam respons hewan ketika mendengar manusia berbicara dengan tenang dalam bahasa lokal, singa mengaum, suara berburu, atau kontrol tidak mengancam (suara burung).
Zanette menyatakan bahwa hasil penelitian ini menghadirkan tantangan baru bagi pengelolaan kawasan lindung dan konservasi satwa liar. "Sekarang jelas bahwa bahkan ketakutan terhadap manusia yang tidak berbahaya, seperti wisatawan satwa liar, dapat menyebabkan dampak yang sebelumnya tidak dikenali," tuturnya.