Cekricek.id - Penelitian terbaru mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang letusan gunung berapi Santorini di dasar laut Mediterania Yunani, yang terjadi sekitar 520.000 tahun lalu. Sebuah tim ilmuwan, dipimpin oleh Profesor Tim Druitt, seorang ahli vulkanologi dari Universitas Clermont Auvergne di Prancis, telah mengungkap bahwa letusan gunung berapi Santorini pada masa itu jauh lebih dahsyat daripada yang pernah diketahui sebelumnya, bahkan mencapai 15 kali lipat dari rekor letusan gunung Tonga yang terjadi pada tahun 2022.
Lapisan batu apung dan abu setebal 500 kaki (150 meter) di dasar laut mengungkapkan kekuatan ledakan gunung berapi Santorini yang mengeluarkan setidaknya 21,6 mil kubik (90 kilometer kubik) batuan dan abu vulkanik.
Temuan ini, diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment pada 15 Januari, memberikan pandangan yang lebih dalam tentang potensi letusan bawah laut di wilayah busur vulkanik Hellenic.
Penelitian sebelumnya di darat memberikan pemahaman terbatas tentang sejarah vulkanisme di Busur Pulau Hellenic. Oleh karena itu, tim ilmuwan memutuskan untuk mengebor sedimen laut di sekitar Santorini pada akhir tahun 2022 dan awal tahun 2023.
Dengan bantuan International Ocean Discovery Program, mereka berhasil mengekstraksi inti sedimen hingga kedalaman 3.000 kaki (900 m) di dasar laut, membaca lapisan sedimen seperti buku yang memberikan wawasan unik.
"Letusan ini jauh lebih besar – 15 kali lebih besar – di sana, di jantung Eropa," ungkap Druitt, menyoroti signifikansinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa busur vulkanik Hellenic memiliki potensi untuk menghasilkan letusan bawah laut yang dahsyat, memberikan wawasan berharga bagi pemahaman lebih lanjut tentang fenomena vulkanik yang serupa, seperti letusan Tonga baru-baru ini.
Meskipun letusan gunung berapi Santorini pada masa kini tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan ledakan yang terjadi 520.000 tahun yang lalu, Druitt memberi jaminan bahwa risiko letusan besar dalam beberapa ratus ribu tahun mendatang sangat rendah.
Gunung berapi ini terakhir meletus pada tahun 1950 dan sejak itu hanya mengeluarkan lava tanpa ancaman serius.
Baca juga: Dampak Dahsyat Letusan Gunung Api Bawah Laut Hunga Tonga
Penemuan ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang potensi letusan gunung berapi bawah laut dan memberikan kontribusi signifikan pada pemahaman ilmiah tentang sejarah vulkanik di wilayah ini.
Tim Druitt berharap bahwa temuan ini akan menjadi panduan berharga untuk memahami letusan besar di masa depan dan meningkatkan upaya mitigasi risiko di kawasan tersebut.
Baca Berita Riau Hari Ini setiap hari di Cekricek.id.