Siapa Mas Mansoer?
Mas Mansoer adalah seorang ulama dari Jawa Timur. Ia lahir pada 25 Juni l896 di Surabaya. Ayahnya bernama K.H. Mas Ahmad Marzuqi, seorang pemikir Islam, ahli agama yang terkenal di Jawa Timur pada masanya.
Ibunya bernama Raudhah dari keluarga Pesantren Wonokromo. Dia juga belajar di Pesantren Sidoresmo, lalu Pondok Pesantren Demangan, Bangkalan, Madura.
Beliau bergabung dalam Serikat Islam. Pada saat itu SI dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto.
Ia dipercaya sebagai Penasihat Pengurus Besar SI. Selain itu, Mas Mansoer juga membentuk majelis diskusi bersama Abdul Wahab Hasbullah yang diberi nama Taswir al-Afkar (Cakrawala Pemikiran).
Mas Mansoer lalu aktif di bidang jurnalisme dengan menulis dan menerbitkan majalah ‘Suara Santri’. Selain itu, Mas Mansoer juga menulis beberapa buku antara lain Hadits Nabawijah; Sjarat Sjahnja Nikah; Risalah Tauhid dan Sjirik; dan Adab al- Bahts wa al-Munadlarah.
Pada 1921, beliau masuk Muhammadiyah. Karena kemampuannya, ia ditetapkan sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah 1937. Masa kepemimpinannya ditandai dengan disiplin organisasi yang ketat dan kebijaksanaan baru yang disebut Langkah Muhammadiyah 1938-1949.
Beliau juga memprakarsai berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) bersama K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Wahab Hasbullah yang berasal dari Nahdlatul Ulama (NU).
Mas Mansoer juga memprakarsai berdirinya Partai Islam Indonesia (PII) bersama Dr. Sukiman Wiryasanjaya sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari Partai Serikat Islam Indonesia (PSII).
Ketika pendudukan Jepang di Indonesia, Mas Mansoer termasuk dalam bagian Empat Serangkai dan ditunjuk untuk memimpin organisasi PUTERA.
Keterlibatannya dalam Empat Serangkai memaksanya pindah ke Jakarta, sehingga jabatan ketua PB Muhammadiyah diserahkan kepada Ki Bagus Hadikusumo. Mas Mansoer meninggal di tahanan NICA pada tanggal 25 April 1946. Jenazahnya dimakamkan di Surabaya.
Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.