Cekricek.id – Fobia adalah rasa takut berlebihan yang dirasakan seseorang terhadap sesuatu atau situasi tertentu. Misalnya takut pada binatang tertentu, pada benda atau tempat-tempat atau objek tertentu. Rasa takut berlebihan ini bisa terjadi pada siapa saja dan umumnya terjadi pada orang yang sudah berusia remaja hingga dewasa.
Fobia berbeda dengan rasa takut yang wajah terjadi pada setiap orang. Terkadang orang yang fobia bisa takut pada sesuatu yang dianggap remeh oleh orang lainnya. Kebanyakan orang dengan gejala fobia pada dasarnya menunjukkan karakteristik yang sama, dan hanya berbeda dalam fokus ketakutan tertentu.
Karakteristik umum yang terjadi seperti rasa ingin menghindari situasi atau objek yang ditakuti, pikiran khawatir atau negatif, dan gejala fisik ketika menghadapi ketakutan, seperti peningkatan detak jantung , pelebaran pupil, dan peningkatan laju pernapasan. Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa bisa ada orang yang mengalami fobia?
Alasan di Balik Timbulnya Fobia Pada Diri Seseorang
Melansir Live Science, teori psikodinamik oleh Sigmund Freud, menunjukkan bahwa banyak perilaku dan ketakutan yang terkait dengan pengalaman di masa kanak-kanak. Dalam kasus-kasus yang sangat traumatis, ingatan tentang peristiwa-peristiwa awal kehidupan ini dapat menjadi tekanan tersendiri dan dapat berakhir menjadi fobia di kemudian hari.
Namun, beberapa ahli, seperti Dr. Joel Paris, seorang profesor psikiatri di McGill University di Kanada menyebut tidak adanya bukti kuat dan persuasif untuk teori tersebut. Artinya, pengalaman traumatis di masa kecil bisa saja menjadi alasan timbulnya fobia pada sebagian orang, tapi belum tentu berlaku bagi kebanyakan penderita fobia.
Alasan timbulnya fobia tidak hanya karena pengalaman negatif yang dirasakan. Bisa jadi, orang tersebut mengalami fobia karena melihat orang lain yang mengalami kejadian buruk, atau diberitahukan atau ditunjukkan berulang kali bahwa ada sesuatu yang berbahaya.
Misalnya, orang tua yang sering memperingatkan anak tentang laut yang berbahaya, atau orang yang menonton film seperti "Jaws" dan "Titanic", yang menampilkan laut sebagai ancaman dan mematikan, dapat mengkatalisasi perkembangan thalassophobia, rasa takut akan bahaya air yang besar.
Tapi mungkin saja tidak semua fobia dipelajari. Beberapa psikolog telah menyarankan bahwa kekhawatiran pada hal tertentu mungkin sebenarnya adalah bawaan. Bisa saja bahwa kita secara genetik mempunyai sifat yang cenderung takut akan hal-hal tertentu. Misalnya, orang yang mempunyai karakter mudah takut dan emosional secara temperamental cenderung lebih mungkin mengembangkan fobia.
Menurut Kelvin Wong, seorang psikolog klinis di La Trobe University di Australia, mengatakan sifat bawaan seseorang, atau temperamen, mungkin menjadi faktor risiko. Contohnya adalah neurotisisme, atau kepribadian seseorang di mana mereka memandang dunia sebagai hal yang menyedihkan, mengancam, atau tidak aman.
Fobia mungkin bertahan lama karena kebanyakan orang dengan fobia menghindari hal yang mereka takuti. Dengan kata lain, mereka melakukan segala yang mereka bisa untuk tidak menghadapi objek atau situasi dan, dengan cara itu, mereka mempertahankan ketakutan mereka.
Baca juga: 7 Pemimpin Dunia Berwajah Garang Ini Punya Fobia, Ada yang Takut Dokter Gigi
Untuk mengatasi fobia, kamu perlu menghadapi ketakutan itu. Dalam istilah profesional, metode ini biasanya disebut sebagai terapi pemaparan.
Artinya, orang yang menderita fobia perlu secara sistematis dan berulang kali menghadapi situasi dan objek yang ditakuti itu dalam lingkungan yang aman atau dengan pengawasan.
