Cekricek.id - Dalam sebuah penemuan yang menggemparkan dunia paleontologi, apa yang selama ini dianggap sebagai fosil tumbuhan ternyata adalah bayi kura-kura purba yang sangat langka, berusia 120 juta tahun. Kisah ini berawal dari koleksi fosil yang dikumpulkan oleh seorang pastor Kolombia lebih dari setengah abad yang lalu.
Lebih dari 50 tahun yang lalu, Padre Gustavo Huertas mengumpulkan fosil-fosil berbentuk daun di dekat Villa de Leyva, Kolombia. Kala itu, fosil tersebut diidentifikasi sebagai tumbuhan punah. Namun, sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Palaeontologia Electronica pada 7 Desember menyingkap fakta yang berbeda: fosil tersebut sebenarnya adalah cangkang bayi kura-kura.
Ukuran fosil yang masing-masing berukuran 2 inci (5 cm) dan 2,4 inci (6 cm) ini membawa kita kembali ke zaman Aptian, sebuah periode dalam Era Kapur (125 juta hingga 113 juta tahun yang lalu). Fosil ini menandai temuan pertama bayi kura-kura laut dari periode tersebut di utara Amerika Selatan.
Héctor Palma-Castro, mahasiswa paleobotani di Universitas Nasional Kolombia dan penulis utama studi ini, menyatakan temuan ini sangat mengejutkan. Awalnya, Huertas menggolongkan fosil tersebut sebagai Sphenophyllum colombianum, yang merupakan bagian dari kelompok tumbuhan yang hidup antara akhir Devon (419,2 juta hingga 358,9 juta tahun yang lalu) dan Permian (298,9 juta hingga 251,9 juta tahun yang lalu).
Namun, Fabiany Herrera, kurator asisten tanaman fosil di Field Museum dan pembimbing Palma-Castro, tertarik dengan usia dan lokasi fosil yang tidak biasa ini. Setelah memotret fosil-fosil tersebut, Herrera menyadari ada sesuatu yang aneh.
Bentuk dan margin fosil yang sebelumnya diduga sebagai daun ini tidak menyerupai tumbuhan, dan garis-garis di fosil lebih mirip dengan tulang. Herrera kemudian menghubungi rekan lamanya, Edwin-Alberto Cadena, seorang paleontolog di Universitas Rosario di Bogotá, untuk membantu analisis.
Tim ini menentukan bahwa fosil tersebut berasal dari cangkang atas kura-kura laut. Berdasarkan ukuran dan ketebalan cangkang serta pola pertumbuhan kura-kura hidup, mereka menyimpulkan bahwa kura-kura tersebut tidak lebih dari 1 tahun saat mereka mati.
Cadena menekankan bahwa menemukan bayi kura-kura fosil adalah hal yang sangat jarang. Ketika kura-kura masih sangat muda, tulang di cangkang mereka sangat tipis, sehingga mudah hancur.
Penulis studi menyebutkan bahwa cangkang tersebut bisa jadi milik Desmatochelys padillai — kura-kura laut tertua yang tercatat — yang ditemukan di deposit fosil yang sama. Namun, mereka tidak bisa memastikan tanpa rangka lengkap bayi kura-kura.
Baca juga: Misteri Makanan Terakhir Trilobita: Fosil 465 Juta Tahun Bongkar Rahasia Diet Kuno
"Di paleontologi, imajinasi dan kemampuan untuk terpesona selalu diuji," kata Palma-Castro. "Penemuan seperti ini sangat istimewa karena tidak hanya memperluas pengetahuan kita tentang masa lalu, tetapi juga membuka jendela ke kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat kita ungkap."
Studi ini juga menyoroti pentingnya meninjau ulang koleksi historis di Kolombia, seperti yang dikatakan oleh Herrera. Fosil Cretaceous dari Kolombia yang sebelumnya salah diidentifikasi menambah daftar panjang temuan serupa, menegaskan kebutuhan untuk terus meneliti dan memahami warisan paleontologi yang kaya ini.