Cekricek.id - Pada awal abad ke-20, sebuah foto menarik dari sebuah kelompok komedi Bangsawan milik Sultan Abdoel Rachman Muazam Sjah II, penguasa terakhir Kerajaan Riau-Lingga, muncul dalam sebuah majalah Belanda bernama Bandera Wolanda. Foto tersebut menjadi saksi bisu eksistensi kelompok seni pertunjukan tradisional Melayu di istana kerajaan yang kini telah menjadi sejarah.
Dikutip dari terbitan Bandera Wolanda No. 76 tahun 1911, foto kelompok komedi Bangsawan tersebut disertai dengan keterangan dalam Bahasa Belanda dan Melayu: "Maleis Toneelgezelschap van den gewezen Sultan van Lingga – (Riouw)" / "Komidi bangsawan kepoenjaan Soeltan Riouw". Keterangan ini mengonfirmasi bahwa Sultan Abdoel Rachman Muazam Sjah II, yang berkuasa dari tahun 1885 hingga pemakzulannya, memiliki kelompok komedi Bangsawan di istananya.
Menurut Filolog Surya Suryadi dalam halaman pribadinya, keberadaan kelompok seni pertunjukan di lingkungan istana memang bukan hal yang asing dalam tradisi kerajaan Melayu. Bangsawan, sebagai salah satu jenis opera Melayu yang populer di Nusantara pada masa itu, kerap mendapat dukungan dari para elit pribumi sebagai bentuk maesenasnya terhadap seni dan budaya.
Ia mengutip pendapat Aswandi Syahri, sejarawan Kepulauan Riau, "pada abad ke-19, sebelum muncul manajemen teater modern, memang banyak grup teater di dunia Melayu dihidupi dan didukung oleh maecenas–maecenas dari golongan elit pribumi. Hal ini tidak hanya berlaku dalam konteks kerajaan saja, tapi juga dalam konteks desa, di mana sering ditemukan grup-grup kesenian yang hidupnya ditopang oleh seorang atau beberapa orang elit lokal."
Meski belum ada penelitian mendalam tentang kelompok komedi Bangsawan milik Sultan Abdoel Rachman Muazam Sjah II, keberadaannya menjadi bukti nyata bahwa seni pertunjukan Bangsawan pernah berkembang di lingkungan istana Kerajaan Riau-Lingga.
Ini selaras dengan studi-studi yang telah dilakukan oleh beberapa akademisi, seperti Tan Sooi Beng dalam bukunya "Bangsawan: a social and stylistic history of popular Malay opera", Matthew Isaac Cohen dalam artikelnya "Border crossing: Bangsawan in the Netherlands Indies in the nineteenth and early twentieth century", serta Jan van der Putten dalam tulisannya "Bangsawan: The coming of a Malay popular theatrical form".
Ketertarikan Sultan Abdoel Rachman Muazam Sjah II terhadap seni pertunjukan Bangsawan merefleksikan bagaimana elit tradisional Melayu pada masa itu memiliki minat dan kecintaan terhadap dunia kesenian.
Hanya mereka yang memiliki status sosial dan kekayaan yang cukup yang mampu mengalokasikan sumber daya untuk menghidupi kelompok-kelompok seni pertunjukan semacam itu.
Sebagai penguasa terakhir Kerajaan Riau-Lingga yang akhirnya harus turun tahta akibat konflik dengan pemerintah kolonial Belanda, Sultan Abdoel Rachman Muazam Sjah II meninggalkan warisan berupa jejak keberadaan komedi Bangsawan di istananya.
Foto klasik tersebut menjadi bukti sejarah yang mengingatkan kita akan tradisi seni pertunjukan Melayu yang pernah berkembang di lingkungan istana kerajaan Nusantara.
Meski kini Kerajaan Riau-Lingga telah menjadi sejarah, warisan seni pertunjukan Bangsawan yang pernah dihidupi oleh Sultan Abdoel Rachman Muazam Sjah II patut diapresiasi dan direvitalisasi.
Sebagaimana usaha untuk mengajukan pengakuan UNESCO terhadap teater Makyong, upaya untuk menghidupkan kembali genre-genre teater tradisional Melayu seperti Bangsawan menjadi penting agar tradisi seni pertunjukan ini tidak semakin jauh dari generasi sekarang.
Baca juga: Kopiah Beludru, Kontribusi Historis Identitas Melayu bagi Indonesia
Siapa tahu suatu hari nanti, sebuah gedung opera representatif bernama "Gedung Opera Sultan Abdoel Rachman Muazam Sjah II" akan berdiri di kota-kota sibuk seperti Batam atau Tanjung Pinang, menjadi tempat bagi warga dan wisatawan untuk menikmati pertunjukan seni tradisional Melayu yang pernah hidup di istana kerajaan Riau-Lingga. Mimpi ini mungkin terdengar muluk, namun setidaknya foto klasik tersebut telah mengingatkan kita akan sejarah seni pertunjukan Bangsawan yang pernah ada di masa lalu.