Cekricek.id - Sebuah mobil terbang yang dirancang khusus untuk melintasi lebih dari 7.000 pulau di Filipina diperkirakan akan diluncurkan pada akhir tahun 2024. Mobil terbang ini merupakan hasil kolaborasi antara perusahaan rintisan asal Florida, Amerika Serikat, LuftCar, dan perusahaan otomotif asal Filipina, eFrancisco Motor Corporation (eFMC).
CEO LuftCar, Santh Sathya mengklaim bahwa kendaraan terbang dan darat ini dirancang untuk menghubungkan kepulauan di Filipina. Ia bisa digunakan untuk mengangkut kargo vertikal, ambulans udara, pariwisata, dan transportasi regional.
"Penggerak hidrogen kami akan melayani kebutuhan pengangkutan muatan jarak jauh dan berat di wilayah tersebut," ujarnya dalam keterangan tertulis di laman resmi LuftCar.
Berbeda dengan mobil terbang lainnya yang berbentuk pesawat, desain mobil terbang buatan Filipina ini lebih mirip minivan yang dilengkapi sistem penerbangan. Saat di darat, minivan ini menggunakan tenaga listrik yang disimpan di baterai.
Ketika akan lepas landas dan terbang, bagian belakang minivan dilepaskan dan dipasangkan dengan rangka pesawat yang dilengkapi empat baling-baling. Rangka pesawat ini memiliki sistem tenaga tersendiri berbasis hidrogen.
Dengan desain seperti itu, kendaraan ini bisa mendarat di landasan kecil atau lapangan terbuka. Setelah mendarat, rangka pesawatnya dilepas dan minivan melanjutkan perjalanan di jalan raya menggunakan tenaga listrik.
Menurut Santh Sathya, penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar utama membuat mobil terbang ini bisa terbang hingga jarak jauh. Hal ini sangat cocok untuk transportasi barang dan logistik antar pulau di Filipina.
Meski progres pengembangannya cukup pesat, mobil terbang karya eFMC dan LuftCar mungkin baru bisa beroperasi secara komersial setelah tahun 2028. Pasalnya, pemerintah Filipina sampai saat ini belum memiliki regulasi khusus terkait pengoperasian kendaraan terbang.
Baca juga: Mobil Terbang Canggih Akan Segera Hadir di Indonesia
Administrasi Penerbangan Sipil Filipina (CAAP) masih menunggu panduan lebih lanjut dari International Civil Aviation Organization (ICAO) sebelum membuat kebijakan baru terkait kendaraan udara canggih ini.