Mengenal lebih dekat Monsignor Carlos Filipe Ximenes Belo, pejuang kemerdekaan Timor Leste dan penerima penghargaan Nobel Perdamaian. Kisah perjuangannya dalam membebaskan Timor Leste dari penjajahan.
Siapa Monsignor Carlos Filipe Ximenes Belo?
Monsignor Carlos Filipe Ximenes Belo, yang lebih dikenal dengan sebutan Uskup Belo, merupakan sosok penting dalam perjuangan kemerdekaan Timor Leste. Lahir di Baucau, Timor Leste pada tahun 1948, Belo memulai pendidikannya di tanah kelahirannya.
Pada tahun 1980, ia diresmikan sebagai Pastor di Lisbon, Portugal. Tidak lama setelah itu, tepatnya tiga tahun kemudian, ia mendapat kepercayaan untuk menjabat sebagai administrator apostolik di Dili.
Pada tahun 1988, Belo diangkat menjadi Uskup. Namun, peranannya tidak hanya terbatas pada ranah keagamaan. Dengan kepedulian mendalam terhadap rakyat Timor Leste, ia terjun ke dunia politik.
Bukti nyata dari keterlibatannya adalah surat yang ia kirimkan ke PBB pada 2 Februari 1989. Dalam surat tersebut, Belo melaporkan tindakan pembunuhan terhadap rakyat Timor Leste dan menyerukan agar diadakan referendum untuk Timor Timur.
Pengakuan atas perjuangannya datang pada tahun 1996, ketika ia bersama Jose Ramos Horta dianugerahi Nobel Perdamaian. Namun, perjuangan tidak selalu berjalan mulus.
Keterlibatan aktifnya dalam perjuangan kemerdekaan Timor Leste membuatnya harus menghadapi ancaman serius, sehingga ia terpaksa mengungsi ke Australia.
Namun, setelah referendum, Belo kembali ke Timor Leste dan bersama UNTAET berpartisipasi dalam persiapan pemerintahan baru. Setelah Timor Leste merdeka, ia kembali ke panggilan awalnya, melayani sebagai pemimpin gereja.
Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.