Siapa Omar Dhani?
Omar Dhani adalah seorang politisi dan jenderal militer Indonesia yang lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 23 Januari 1924. Ia menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara ke-2 periode 1962-1965. Selama masa kepemimpinannya, Kekuatan AURI di bawah pimpinannya menjadi salah satu yang terkuat di Asia, dan sangat loyal terhadap Presiden Sukarno. Mereka mendukung gerakan "ganyang Malaysia" yang dilancarkan pemerintah Sukarno, tetapi pihak Angkatan Darat dalam hal ini Soeharto tidak mendukung kebijakan itu dengan sepenuh hati.
Untuk menghadapi Malaysia pada 3 Mei 1964, ia membentuk Komando Siaga. Omar Dhani dianggap juga terlibat dalam peristiwa G30S/PKI, sehingga ia dipenjara selama puluhan tahun. Ia menghembuskan napas terakhir pada pukul 13.55 WIB Jumat, 24 Juli 2009.
Omar Dhani merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1948 dan memperoleh gelar Magister pada bidang Strategi Militer dari Universitas Airlangga. Selama karier militernya, ia menjabat dalam beberapa posisi penting, seperti sebagai Kepala Staf Angkatan Udara dan Panglima Kommando Operasi Tertinggi Angkatan Udara. Ia juga diangkat sebagai Wakil Panglima TNI pada tahun 1962.
Selain itu, Omar Dhani juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto dari 1973-1978. Namun setelah terlibat dalam peristiwa G30S/PKI, ia ditahan dan dijatuhi hukuman selama puluhan tahun. Setelah bebas dari penjara, ia aktif dalam kegiatan sosial dan menulis beberapa buku mengenai sejarah dan pengalamannya selama hidup.
Selama masa kepemimpinannya sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Omar Dhani dikenal sebagai pemimpin yang memperkuat dan memmodernisasi Angkatan Udara Indonesia. Dia berhasil meningkatkan kapabilitas dan kapasitas pasukan dan peralatan Angkatan Udara, sehingga menjadikannya salah satu yang terkuat di Asia. Ia juga sangat berperan dalam pengembangan industri pertahanan nasional, dengan mempromosikan pengembangan produk dan teknologi dalam negeri.
Omar Dhani juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang memperjuangkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Ia sangat menentang diskriminasi etnis dan agama, dan berjuang untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dia juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang berdedikasi tinggi untuk memajukan negara dan bangsa Indonesia.
Namun, perannya dalam peristiwa G30S/PKI yang dianggap sebagai pelaku dalam percobaan pemberontakan militer, membuat namanya tercoreng dan dikenal sebagai tokoh yang terlibat dalam kekerasan dan kekerasan politik. Namun, ia diakui sebagai tokoh yang berperan penting dalam sejarah militer dan politik Indonesia.
Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.