Cekricek.id - Di tengah suasana politik Belanda yang baru-baru ini terguncang, komunitas Muslim di negara ini dihadapkan pada kekhawatiran mendalam. Kemenangan Partai Kebebasan (PVV), yang dipimpin oleh Geert Wilders, seorang tokoh terkenal dengan pandangan anti-Islam, telah menimbulkan gelombang kecemasan di kalangan umat Islam dan pendukung keberagaman.
Muhsin Köktas dari Badan Kontak Muslim dan Pemerintah Belanda mengungkapkan ketakutan yang mendalam. "Hasil pemilu ini benar-benar mengejutkan kami. Sebuah partai dengan agenda anti-Islam yang bertentangan dengan prinsip hukum menjadi begitu berpengaruh, ini adalah situasi yang tidak kami harapkan," ujarnya.
Wilders, yang telah berada di bawah perlindungan polisi sejak 2004 dan terkenal dengan retorikanya yang keras terhadap Islam, telah mencoba mengurangi nada anti-Islamnya menjelang pemilu. Namun, janji kampanyenya termasuk larangan terhadap masjid, Al-Qur'an, dan jilbab di gedung pemerintahan.
Meski mengalami perubahan nada, ini tidak cukup untuk menenangkan Köktas. "Kami sangat khawatir tentang masa depan Islam dan umat Muslim di Belanda," katanya.
Menurut hasil awal, PVV memenangkan 37 kursi, lebih banyak dari partai lain. Habib El Kaddouri, pemimpin organisasi Maroko Belanda, menyatakan, "Ketakutan kami sangat besar. Wilders terkenal dengan pandangannya terhadap Muslim dan orang Maroko. Kami khawatir akan diperlakukan sebagai warga kelas dua."
Kemungkinan Wilders membentuk pemerintahan mayoritas masih belum pasti, namun pesan yang disampaikan melalui pemilihannya memiliki implikasi yang luas. Stephan van Baarle, pemimpin partai hak minoritas Denk, menolak untuk memberi selamat kepada Wilders. "Kemenangan PVV adalah ancaman bagi satu juta Muslim Belanda," tegasnya.
Di Dutch Council for Refugees, kebijakan keras terhadap pengungsi disambut dengan kekecewaan. "Kami sangat khawatir tentang orang-orang yang harus melarikan diri dari perang dan kekerasan, sekarang partai yang secara jelas mendukung pembekuan suaka menjadi yang terbesar di Belanda," ungkap Frank Candel, ketua dewan.
Sementara itu, Mustafa Ayranci dari asosiasi pekerja Turki HTIB menyampaikan kekecewaannya. "Rakyat Belanda telah membuat pernyataan. Kami harus menghormati itu," ucapnya kepada agensi berita ANP.
Mohammed Aknin, pemimpin Muslim terkemuka di kota Tilburg, menghabiskan malam pemilu dengan merespons pesan WhatsApp dari anggota komunitas yang khawatir. "Orang-orang takut akan adanya larangan terhadap jilbab, misalnya," tuturnya.