Cekricek.id - Bursa saham di kawasan Asia menghadapi tekanan pada Jumat (20/6/2025), di tengah kekhawatiran mengenai kemungkinan serangan Amerika Serikat terhadap Iran. Sementara itu, harga minyak diperkirakan akan mencatat kenaikan untuk minggu ketiga berturut-turut seiring eskalasi konflik Israel-Iran.
Presiden Donald Trump dikabarkan akan mengambil keputusan dalam dua pekan mendatang mengenai keterlibatan AS dalam perang Israel-Iran. Keputusan ini menuai kontroversi dari sebagian pendukung Trump yang menentang kemungkinan serangan terhadap Iran.
Semalam, Israel melakukan pemboman terhadap target nuklir di Iran. Sebaliknya, Iran membalas dengan menembakkan rudal dan pesawat nirawak ke Israel, menandai intensifikasi perang udara yang telah berlangsung selama seminggu tanpa tanda-tanda strategi keluar dari kedua belah pihak.
Mengutip Reuters, situasi geopolitik yang memanas ini menciptakan sentimen hati-hati di kalangan investor global. Indeks MSCI terluas untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang mencatat kenaikan tipis 0,1 persen, namun masih berada di jalur penurunan mingguan sebesar 1 persen.
Bursa Jepang mengalami tekanan dengan indeks Nikkei yang melemah 0,2 persen. Sebaliknya, saham-saham unggulan China menguat 0,3 persen, sementara Hang Seng Hong Kong naik 0,5 persen setelah bank sentral mempertahankan suku bunga acuan sesuai ekspektasi pasar.
Tony Sycamore, analis dari IG, menjelaskan bahwa tenggat waktu dua minggu merupakan taktik yang kerap digunakan Trump dalam pengambilan keputusan penting. "Seringkali, tenggat waktu ini berakhir tanpa tindakan konkret, dan tentunya ada risiko hal serupa terjadi kembali mengingat kompleksitas situasi," ujarnya kepada media.
Pasar komoditas menunjukkan respons berbeda dengan minyak Brent yang turun 2 persen pada Jumat menjadi 77,22 dolar per barel. Meskipun demikian, komoditas energi ini masih berpotensi mencatatkan kenaikan mingguan yang kuat sebesar 4 persen, menyusul lonjakan 12 persen pada pekan sebelumnya.
Di sisi mata uang, dolar Amerika melemah 0,2 persen terhadap yen Jepang menjadi 145,17 setelah data menunjukkan inflasi inti Jepang mencapai level tertinggi dalam dua tahun pada Mei. Kondisi ini meningkatkan tekanan terhadap Bank of Japan untuk melanjutkan kenaikan suku bunga.
Namun, investor melihat kemungkinan kecil Bank of Japan menaikkan suku bunga hingga Desember tahun ini, dengan probabilitas sedikit di atas 50 persen yang telah diperhitungkan pasar.
Pasar obligasi AS yang tutup pada Kamis karena libur Juneteenth mulai diperdagangkan dalam jam Asia dengan nada yang tenang. Yield obligasi Treasury 10 tahun bertahan di level 4,389 persen, sementara yield dua tahun turun 2 basis poin menjadi 3,925 persen.
Dalam perkembangan kebijakan moneter global, Bank Nasional Swiss memangkas suku bunga menjadi nol dan tidak mengesampingkan kemungkinan suku bunga negatif. Bank of England mempertahankan kebijakan tetapi melihat kebutuhan pelonggaran lebih lanjut, sedangkan bank sentral Norwegia mengejutkan pasar dengan memotong suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2020.
Harga emas mengalami penurunan 0,2 persen menjadi 3.363 dolar per ons, namun masih berpotensi mengalami kerugian mingguan sebesar 2 persen.
Baca juga: Iran-Israel Terus Berperang, Eropa Upayakan Penyelesaian Damai
Ketidakpastian geopolitik ini diperkirakan akan terus mempengaruhi pergerakan pasar saham global dalam jangka pendek. Para analis memantau dengan cermat perkembangan konflik Timur Tengah dan keputusan politik yang akan diambil Washington dalam dua pekan mendatang.