Cekricek.id - Sebagai sebuah disiplin ilmu, geografi mempelajari sistem alam yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait. Perubahan dalam sistem tersebut dipicu oleh aliran energi. Perubahan yang berkelanjutan akan menghasilkan keseimbangan dalam sistem tersebut.
Suatu sistem terdiri dari tiga bagian yang berbeda, yaitu komponen, input, dan output. Sebagai contoh, sistem hi-fi merupakan contoh sederhana dari suatu sistem. Sistem hi-fi terdiri dari beberapa komponen seperti amplifier, speaker, radio, tape, dan pemutar CD. Ketika sistem hi-fi terhubung dengan aliran listrik dan dihidupkan, energi listrik mengalir melalui sistem dan mengaktifkan semua komponen tersebut. Aliran energi ini disebut sebagai input, sedangkan output-nya adalah musik yang kita dengar.
Dalam sistem yang berfungsi dengan baik, semua komponen harus saling terhubung. Planet Bumi, yang memiliki banyak komponen, dapat dianggap sebagai sistem yang kompleks dan besar. Dalam sistem Bumi, input terdiri dari energi yang berasal dari Matahari dan juga energi yang dihasilkan dari dalam Bumi, seperti tenaga tektonik. Output adalah perubahan yang dapat kita lihat di sekitar kita, baik dalam bentuk lingkungan fisik maupun manusia, seperti panas dan hujan.
Sistem Bumi merupakan sistem yang kompleks, oleh karena itu pendekatan terbaik untuk mempelajarinya adalah dengan memahami setiap komponen dengan berbagai pendekatan dalam bidang geografi. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam geografi modern yang dikenal sebagai geografi terpadu (Integrated Geography) adalah pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan atau ekologi, dan pendekatan kompleks wilayah.
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan ini menekankan pada studi tentang ruang atau keruangan. Pendekatan ini didasarkan pada perbedaan lokasi dari berbagai karakteristik penting, seperti perbedaan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan terkait dengan elemen-elemen yang membentuk ruang, seperti titik, garis, dan area. Pola keruangan berkaitan dengan distribusi atau penyebaran dari elemen-elemen tersebut.
Pola tersebut dapat berbentuk memanjang, radial, dan lainnya. Proses keruangan berkaitan dengan perubahan elemen-elemen yang membentuk ruang. Ahli geografi berusaha mencari faktor-faktor yang mempengaruhi pola penyebaran dan bagaimana mengubah pola tersebut agar menjadi lebih baik, efisien, dan wajar. Pendekatan ini dapat digunakan dalam analisis masalah dengan menggunakan pertanyaan 5W 1H (What, When, Where, Why, Who, How).
Sebagai contoh, dalam kasus gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006, pendekatan keruangan dapat digunakan untuk menganalisis peristiwa tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:
- Apa fenomena alam yang terjadi? (Gempa bumi)
- Kapan terjadinya? (27 Mei 2006)
- Di mana terjadinya gempa bumi tersebut? (Sebagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah)
- Mengapa terjadi peristiwa itu? (Akibat pergerakan lempeng tektonik)
- Siapa atau apa yang menyebabkannya? (Tumbukan antara dua lempeng tektonik)
- Bagaimana gempa bumi itu dapat terjadi? (Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik yang bergerak, dan terjadi tumbukan lempeng Indo-Australia dan Eurasia di zona subduksi)
Pendekatan keruangan dapat digunakan untuk menganalisis berbagai fenomena alam di sekitar wilayah kita, termasuk bencana alam yang sering terjadi. Contoh lain adalah analisis banjir di Jakarta.
2. Pendekatan Kelingkungan atau Ekologi
Pendekatan ini tidak hanya mempertimbangkan interaksi antara organisme dengan lingkungan, tetapi juga fenomena dan perilaku manusia. Lingkungan geografi memiliki dua sisi, yaitu perilaku dan fenomena lingkungan. Pendekatan ini melibatkan interaksi antara kedua sisi tersebut. Dalam analisis dengan pendekatan ini, dapat digunakan keenam pertanyaan geografi.
Sebagai contoh, analisis terjadinya banjir di Sinjai menggunakan pendekatan kelingkungan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
- Identifikasi kondisi fisik yang menyebabkan banjir, seperti jenis tanah, topografi, dan vegetasi di lokasi tersebut.
- Identifikasi sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan di lokasi tersebut.
- Identifikasi kegiatan yang terkait dengan alih fungsi lahan.
- Menganalisis hubungan antara kegiatan tersebut dan dampak yang ditimbulkannya sehingga menyebabkan banjir.
- Menggunakan hasil analisis ini untuk menemukan alternatif pemecahan masalah.
3. Analisis Kompleks Wilayah
Pendekatan ini menggabungkan analisis keruangan dan analisis ekologi. Pendekatan ini menekankan adanya perbedaan karakteristik antar wilayah (areal differentiation) yang mendorong interaksi antara wilayah-wilayah tersebut. Perkembangan wilayah yang saling berinteraksi terjadi karena adanya permintaan dan penawaran.
Sebagai contoh, dalam perancangan kawasan permukiman, analisis kompleks wilayah dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Identifikasi wilayah potensial di luar Jawa yang memenuhi persyaratan minimum, seperti kesuburan tanah dan kemiringan lereng.
- Identifikasi aksesibilitas wilayah tersebut.
- Merumuskan rencana pengembangan jangka panjang dan jangka pendek untuk kawasan tersebut berdasarkan hasil identifikasi.
Pendekatan ini memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang suatu wilayah dengan mempertimbangkan aspek keruangan, ekologi, dan interaksi antarwilayah.
Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan ini, kita dapat menganalisis fenomena geografis secara lebih mendalam dan memahami hubungan antara komponen-komponen yang saling terkait dalam suatu sistem.
Baca juga: Paradigma Geografi, Definisi dan Pembagian
Pendekatan ini membantu dalam mengoptimalkan pemahaman kita tentang geografi dan dapat digunakan sebagai panduan dalam menghadapi tantangan dan permasalahan yang terkait dengan lingkungan dan wilayah.
Sumber: Buku ajar Geografi Kelas X SMA, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.