Penelitian Terbaru Mengungkap Kemungkinan Tujuan Lain Stonehenge

Penelitian Terbaru Mengungkap Kemungkinan Tujuan Lain Penelitian Terbaru Mengungkap Kemungkinan Tujuan Lain Stonehenge

Stonehenge. [Foto: Canva]

Cekricek.id - Stonehenge, monumen megalitik ikonik di Inggris, telah lama menjadi objek kajian yang menakjubkan bagi para arkeolog dan astronom. Terkenal dengan keselarasannya dengan pergerakan matahari, terutama saat matahari terbit dan terbenam pada titik balik musim panas dan musim dingin, Stonehenge menyimpan sejumlah rahasia yang masih belum terpecahkan hingga saat ini.

Dilansir sciencealert, salah satu hipotesis yang telah diajukan selama 60 tahun terakhir adalah kemungkinan adanya keselarasan antara tata letak batu-batu di Stonehenge dengan fenomena kemacetan bulan besar (major lunar standstill).

Meskipun korelasi antara posisi batu-batu tertentu dan kemacetan bulan telah diketahui selama beberapa dekade, belum pernah ada penelitian sistematis yang mengamati dan mencatat fenomena tersebut di Stonehenge secara langsung.

Inilah yang ingin diwujudkan dalam sebuah proyek kolaboratif yang melibatkan arkeolog, astronom, dan fotografer dari English Heritage, Universitas Oxford, Leicester, dan Bournemouth, serta Royal Astronomical Society.

Proyek ini bertujuan untuk mengungkap rahasia lain dari Stonehenge, selain keselarasannya dengan pergerakan matahari.

Bukti Arkeologi dan Peninggalan Sejarah

Saat ini, terdapat banyak bukti arkeologi yang menunjukkan bahwa keselarasan dengan matahari merupakan bagian dari desain arsitektur Stonehenge. Sekitar tahun 2500 SM, orang-orang yang memasang batu-batu besar dan menggali jalan ke dalam kapur sepertinya ingin menyatukan sumbu titik balik matahari ke dalam arsitektur monumen ini.

Bukti arkeologis dari Tembok Durrington di dekatnya, tempat yang diyakini para ilmuwan sebagai tempat tinggal orang-orang kuno yang mengunjungi Stonehenge, menunjukkan bahwa dari dua titik balik matahari, titik balik matahari pertengahan musim dinginlah yang paling banyak menarik pengunjung.

Namun, Stonehenge mencakup elemen lain seperti 56 lubang yang disusun melingkar, tepian tanah dan parit, serta fitur lain yang lebih kecil seperti empat batu stasiun. Batu-batu stasiun ini, yang terbuat dari batu pasir silikat sarsen, ditempatkan dengan hati-hati membentuk persegi panjang yang hampir persis mengelilingi lingkaran batu utama.

Persegi panjang yang dibentuk oleh batu-batu stasiun ini bukan sembarang persegi panjang. Sisi yang lebih pendek sejajar dengan sumbu utama lingkaran batu, dan sisi yang lebih panjang diperkirakan sejajar dengan posisi diam utama di bulan, atau yang dikenal sebagai kemacetan bulan besar.

Fenomena Kemacetan Bulan Besar

Kemacetan bulan besar adalah periode sekitar satu setengah hingga dua tahun ketika bulan terbit (atau terbenam) paling utara dan paling selatan berada pada jarak terjauh. Ketika hal ini terjadi, bulan terbit (dan terbenam) di luar kisaran terbit dan terbenamnya yang normal, yang mungkin memberi makna dan makna khusus pada fenomena langit ini bagi pendiri Stonehenge.

Bukti terkuat tentang orang-orang kuno yang menandai terhentinya bulan besar berasal dari barat daya Amerika Serikat. The Great House of Chimney Rock, sebuah kompleks bertingkat yang dibangun oleh leluhur masyarakat Pueblo lebih dari 1.000 tahun yang lalu, memiliki keselarasan yang menakjubkan dengan kemacetan bulan besar.

Dari sudut pandang Rumah Besar, matahari tidak pernah terbit di celah antara formasi alami pilar batu kembar yang ada di sana. Namun, saat terjadi kemacetan besar, bulan terbit di antara mereka dengan cara yang menakjubkan. Penggalian menemukan bahwa Rumah Besar diperbarui, dipelihara, atau diperluas pada tahun-tahun terhentinya bulan besar.

Kembali ke Inggris, para arkeolog berpendapat ada hubungan antara terhentinya bulan besar dan fase konstruksi paling awal Stonehenge (3000-2500 SM), sebelum batu sarsen dibawa masuk. Beberapa kumpulan sisa-sisa manusia yang dikremasi dari tahap konstruksi ini ditemukan di bagian tenggara monumen ke arah bulan terbit paling selatan.

Penelitian Mendatang dan Kolaborasi Internasional

Meskipun hipotesis tentang keselarasan Stonehenge dengan kemacetan bulan besar telah ada selama beberapa dekade, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Kita tidak tahu apakah keselarasan bulan pada batu stasiun itu bersifat simbolis atau apakah orang dimaksudkan untuk mengamati bulan melalui batu tersebut. Kita juga tidak tahu fase bulan mana yang lebih dramatis untuk disaksikan.

Dalam penelitian yang akan datang, para peneliti akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh hipotesis terhentinya bulan. Mereka akan mengamati dan mencatat fenomena ini di Stonehenge saat bulan sejajar dengan stasiun batu persegi panjang dua kali sebulan dari sekitar Februari 2024 hingga November 2025.

English Heritage akan menyiarkan langsung kemacetan bulan paling selatan pada bulan Juni 2024, dan menyelenggarakan serangkaian acara sepanjang tahun, termasuk diskusi, planetarium pop-up, sesi pengamatan bintang, dan bercerita.

Di seberang Atlantik, mitra mereka di Dinas Kehutanan Amerika Serikat sedang mengembangkan materi pendidikan tentang kemacetan bulan besar di Monumen Nasional Chimney Rock. Kolaborasi ini akan menghasilkan acara yang menampilkan dan memperdebatkan kesejajaran bulan di Stonehenge dan Chimney Rock, serta memperdalam pemahaman kita tentang pengetahuan astronomi masyarakat kuno.

Baca juga: Keajaiban Fenomena Solstis: Memahami Fenomena Titik Balik Matahari yang Penuh Teka-teki

Dengan penelitian dan kolaborasi internasional ini, para ilmuwan berharap dapat mengungkap lebih banyak rahasia dari Stonehenge, monumen megalitik ikonik yang telah memikat manusia selama berabad-abad lamanya.

Baca Juga

Krikil roda berusia 12.000 tahun berbentuk donat yang ditemukan di situs arkeologi Nahal Ein Gev II, Israel Utara, diduga menjadi bukti asal usul roda tertua di dunia
Roda Tertua di Dunia Ditemukan di Israel, Berusia 12.000 Tahun
Situs Raja Arthur King Arthur's Hall di Bodmin Moor Cornwall menampilkan struktur persegi panjang dengan 56 batu tegak yang dibangun pada masa Neolitikum.
Fakta Mengejutkan: Situs Raja Arthur Berusia 5.500 Tahun
Fosil kecebong tertua berusia 160 juta tahun yang ditemukan di Formasi La Matilde, Argentina, menunjukkan detail anatomi yang luar biasa
Fosil Kecebong Tertua di Dunia Ditemukan di Argentina, Berusia 160 Juta Tahun
Pemakaman kayu Celtic berusia 2.600 tahun yang ditemukan di Riedlingen, Jerman, menunjukkan konstruksi kayu ek yang terpelihara dengan sempurna
Pemakaman Kayu Celtic Berusia 2.600 Tahun Ditemukan di Jerman, Ungkap Jejak Peradaban Kuno
Rahasia di Balik Kode Gambar Kuno di Kuil Asiria Akhirnya Terkuak
Rahasia di Balik Kode Gambar Kuno di Kuil Asiria Akhirnya Terkuak
Potret Mini Alexander Agung Berusia 1.800 Tahun Ditemukan di Denmark
Potret Mini Alexander Agung Berusia 1.800 Tahun Ditemukan di Denmark