Cekricek.id – Tidak semua orang bisa dengan cepat move on setelah putus hubungan dengan kekasihnya. Namun, jika dibandingkan antara pria dan wanita, kira-kira yang mana yang paling cepat? Mungkin banyak yang bertanya-tanya, atau sudah mendapatkan jawabannya dari pengalaman pribadi.
Melansir The Healthy, Rabu (15/2/2023), seorang sarjana hubungan dan terapis pasangan mengungkapkan bahwa dalam hal mengatasi putus cinta, perbedaan gender sangat memengaruhi.
Pada tahun 2023, pakar hubungan menunjukkan bahwa menyelesaikan suatu hubungan tidak begitu hitam-putih untuk kedua jenis kelamin. Banyak faktor yang mempengaruhi siapa yang lebih cepat move on dari putus cinta. Seorang dokter perkawinan dan terapi keluarga memberikan beberapa penjelasan.
Pria Lebih Cepat Move On?
Beberapa data memang menunjukkan bahwa pria pulih dari putus cinta lebih cepat daripada wanita, menurut Paul Hokemeyer, PhD, seorang terapis pernikahan dan keluarga. Namun dalam pengalamannya menangani pasangan selama hampir dua dekade, menurutnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita.
Lalu mengapa banyak yang menuding bahwa cowok lebih mudah move on? Itu karena dalam masyarakat kita wanita lebih banyak mengekspresikan emosi secara terbuka. Sedangkan pria lebih rentan terhadap bias budaya yang mengatakan bahwa mereka harus tangguh dan tidak peka, terutama dalam masalah hati.
Padahal, penelitian tahun 2021 dari Universitas Lancaster menyimpulkan bahwa pria juga bisa mengalami rasa sakit emosional setelah putus cinta yang sama dengan wanita.
Terlepas dari siapa yang pertama kali move on dari suatu hubungan, perbedaan sebenarnya terletak pada bagaimana seseorang menangani gejolak emosinya ketika suatu hubungan berakhir.
Sebenarnya ada beberapa perbedaan biologis dan fisiologis antara pria dan wanita, Dr. Hokemeyer menjelaskan bahwa pria masuk dan wanita keluar. Maksudnya adalah bahwa pria memproses perpisahan secara internal melalui korteks prefrontal mereka, merasionalisasi rasa sakit mereka.
Sedangkan wanita, sebaliknya, pergi ke luar, mereka curhat dengan sahabat mereka dan mencari bantuan dari luar. Melalui proses ini, mereka membiarkan sistem limbik mereka mengkalibrasi ulang dan mengintegrasikan pengalaman secara emosional, bukan secara intelektual.
Periode pemrosesan emosional ini adalah salah satu alasan potensial para peneliti, seperti dalam satu studi tahun 2015 , telah menemukan bahwa pria sebenarnya lebih lambat untuk pulih sepenuhnya dari patah hati daripada wanita dan mungkin tidak pernah benar-benar melupakan rasa kehilangan pasangan tersebut.
Namun penulis studi tersebut menyarankan bahwa biologi primal kita juga harus disalahkan. Sebagai jenis kelamin biologis yang melahirkan anak, banyak wanita memiliki lebih banyak yang dipertaruhkan ketika mereka kehilangan seseorang yang mereka yakini sangat berharga sebagai pasangan jangka panjang. Jadi, sementara putus cinta dapat memukul wanita lebih keras pada awalnya, itu terhubung ke dalam DNA kita untuk memproses kehilangan, membersihkan papan tulis, dan kembali ke sana.
Namun, penelitian ini sekarang berusia hampir satu dekade. Kemajuan baru dalam psikologi menunjukkan bahwa pria masa kini bergerak melewati kecenderungan evolusioner gender mereka.
Baca juga: Cepat Move On, Alyssa Daguise Pamer Kebersamaan Bareng Kekasih Usai Putus dari Al Ghazali
Misalnya, sebuah studi tahun 2022 yang diterbitkan dalam Penelitian Kesehatan Kualitatif menemukan bahwa pria lebih sering mencari dukungan untuk memproses perpisahan secara emosional dengan “cara tradisional wanita” yaitu dengan membuka diri kepada teman, anggota keluarga, kelompok pendukung, dan profesional kesehatan mental.