Cekricek.id - Kota Pekanbaru saat ini merupakan salah satu sentra ekonomi terbesar di Pulau Sumatera, yang memiliki posisi strategis seperti Medan, Palembang, Batam, dan Padang. Namun, sejarah kota ini tidaklah singkat. Pekanbaru memiliki akar sejarah yang panjang, yang dimulai sejak berdirinya Bandar Pekan pada tahun 1784.
Melansir laporan penelitian yang diterbitkan Jurnal Analisis Sejarah Universitas Andalas, berikut sejarah perkembangan Kota Pekanbaru dari masa kolonial Belanda hingga menjadi kota modern yang kita kenal saat ini.
Asal-Usul Kota Pekanbaru
Pekanbaru pada awalnya hanyalah sebuah kampung kecil yang bernama Senapelan. Pada tahun 1767, Sultan Alamuddin Syah memindahkan pusat Kerajaan Siak dari Mempura ke Senapelan dan membangun sebuah "Bandar Pekan" di sana.
Bandar Pekan merupakan kota perdagangan yang strategis karena terletak di tepi Sungai Siak, yang menjadi jalur perdagangan utama bagi komoditas dari Kampar, Siak, dan Petapahan yang akan dijual ke Singapura dan Malaka. Pada 23 Juni 1784, Bandar Pekan tersebut diresmikan sebagai Kota Pekanbaru.
Perkembangan Kota Pekanbaru pada Masa Kolonial Belanda
Pada tahun 1858, Kerajaan Siak jatuh ke tangan pemerintah kolonial Belanda setelah kalah dalam pertempuran. Sejak itu, wilayah Kerajaan Siak, termasuk Pekanbaru, berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda.
Pada tahun 1919, pemerintah kolonial Belanda membagi wilayah Kerajaan Siak menjadi lima distrik, salah satunya adalah Distrik Pekanbaru. Pemerintah kolonial Belanda melihat potensi Pekanbaru sebagai pusat administrasi dan perdagangan untuk menopang perkebunan di sekitarnya.
Salah satu faktor penting dalam perkembangan Pekanbaru adalah keberadaan Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di Sungai Siak. Pelabuhan ini menjadi tempat transit bagi berbagai komoditas dari daerah pedalaman Siak yang akan dijual ke Malaka, Singapura, Petapahan, dan Bukit Batu.
Pelabuhan ini juga menjadi rute transit bagi pedagang Minangkabau yang ingin berlayar ke Singapura dan Semenanjung Malaka.
Hal ini menjadikan Pelabuhan Pekanbaru sebagai salah satu tempat transit rute perdagangan yang penting di Sumatera Timur pada saat itu.
Perkebunan Karet dan Perubahan Morfologi Kota Pekanbaru
Pada awal abad ke-20, aktivitas perdagangan di Pekanbaru mengalami penurunan. Namun, pemerintah kolonial Belanda berusaha meningkatkan kembali aktivitas perdagangan dengan mengenalkan komoditi baru, yaitu karet.
Karet merupakan tanaman yang cocok untuk tumbuh di wilayah Pekanbaru, sehingga banyak masyarakat yang beralih dari komoditi sebelumnya seperti rotan dan pinang untuk menanam karet.
Program penanaman karet oleh pemerintah kolonial Belanda berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat Pekanbaru. Pendapatan mereka meningkat melalui hasil penjualan karet dan aktivitas perdagangan di Pelabuhan Pekanbaru juga mengalami peningkatan.
Perkebunan karet di wilayah Pekanbaru dan sekitarnya terdiri dari konsesi perkebunan orang Eropa, China, dan Pribumi. Pada tahun 1929, sekitar 90% wilayah perkebunan di Onderafdeeling Siak telah ditanami karet.
Perkembangan perkebunan karet ini membawa dampak signifikan terhadap perubahan morfologi Kota Pekanbaru. Untuk menopang aktivitas perdagangan dan administrasi yang semakin berkembang, pemerintah kolonial Belanda membangun infrastruktur seperti kantor administratif dan kantor dagang di Pekanbaru.
Pusat kota di tepi Sungai Siak menjadi pusat perdagangan dan perkantoran, sementara kawasan baru dibangun di daerah selatan Kota Pekanbaru untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat.