Sekolah Raja (Kweekschool)

Kamus Sejarah Indonesia -

Ilustrasi: Kamus Sejarah Indonesia. [Creator Cekricek.id]

Apa Itu Sekolah Raja (Kweekschool)?

Sekolah Raja (Kweekschool) adalah sekolah guru yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda. Tujuan pemerintah kolonial mendirikan sekolah ini ialah untuk memenuhi kebutuhan jumlah guru di sekolah rendah bumiputera.

Sekolah ini pertama kali diselenggarakan di Surakarta pada 1852. Selanjutnya, Kweekschool dibuka di daerah-daerah lain di Nusantara, seperti di Bukittinggi, Tapanuli, Tondano, Ambon, Probolinggo, Banjarmasin, Makassar, dan Padang Sidempuan.

Ada pun yang dipelajari oleh siswa-siswi Kweekschool selama bersekolah ialah pelajaran bahasa Belanda, aritmatika, geografi, sejarah, serta ilmu alam.

Dalam perkembangannya, pemerintah kolonial mendirikan Hogere Kweekschool (HKS) pada 1914 dan Hollandsche Indische Kweekschool(HIK) pada 1927 sebagai sekolah lanjutan Kweekschool.

Ketiga jenjang pendidikan itu memiliki sumbangan besar dalam menghasilkan guru yang bekerja ke arah kesejahteraan rakyat.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno