Semut api merah, spesies invasif yang berasal dari Amerika Selatan, kini telah menyebar ke Eropa, menimbulkan kekhawatiran besar bagi lingkungan dan ekosistem benua tersebut.
Cekricek.id - Sicilia, sebuah pulau di Italia, baru-baru ini mendapat "tamu" tak diundang: semut api merah. Ini merupakan pertama kalinya spesies invasif ini terdeteksi di Eropa. Asal-usulnya dari Amerika Selatan, semut ini dikenal dengan kecepatan penyebarannya yang luar biasa di berbagai belahan dunia.
Dalam penelitian yang dipublikasikan jurnal Current Biology, saat ini, semut api merah (Solenopsis invicta) menduduki peringkat kelima sebagai spesies invasif dengan biaya kerusakan lingkungan tertinggi di dunia.
Dampaknya mencapai miliaran dolar di berbagai negara. Sesuai dengan namanya, semut ini memiliki sengatan yang terasa seperti terbakar. Dengan jumlah yang bisa mencapai setengah juta dalam satu koloni, mereka mampu menyerang mangsa yang jauh lebih besar dari ukuran mereka.
Mereka tidak hanya mengancam manusia, tetapi juga flora dan fauna. Di Australia, kerusakan yang mereka sebabkan hampir mengalahkan kerusakan yang disebabkan oleh kucing liar, anjing liar, rubah, unta, kelinci, dan katak tebu.
"S. invicta adalah salah satu spesies invasif terburuk. Penyebarannya sangat cepat," ungkap Mattia Menchetti, biolog evolusi dari Institute of Evolutionary Biology di Spanyol. "Menemukan spesies ini di Italia sungguh mengejutkan, namun kami tahu hari ini pasti akan tiba."
Sama seperti gulma invasif, semut api merah cenderung menyebar di area yang sudah terganggu oleh aktivitas manusia. Seiring dengan perubahan yang dilakukan manusia terhadap planet ini, semut ini mengikuti jejak kita.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa penyebaran global semut api merah hampir pasti terjadi. Dalam seabad terakhir, spesies ini telah menyebar ke Meksiko, Amerika Serikat bagian selatan, China, Taiwan, Australia, Karibia, Jepang, dan Filipina.
Sebagian besar infestasi ini berasal dari Amerika Serikat bagian selatan. Dengan globalisasi perdagangan modern, semut api merah memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyebar ke seluruh dunia melalui produk seperti rumput, tanaman, jerami, atau sarang lebah.
Menchetti dan rekan-rekannya pertama kali mendengar tentang semut api merah ketika mereka menerima foto spesies tersebut dari Sicilia. Mereka menemukan 88 sarang di sebidang tanah kecil dekat sungai, dengan ribuan semut pekerja.
Peneliti-peneliti tersebut masih belum yakin bagaimana semut ini bisa sampai ke sana. Namun, mereka menduga bahwa pelabuhan kargo utama di pulau tersebut, Augusta, mungkin berperan dalam kedatangan semut ini.
Warga setempat mengatakan bahwa mereka telah disengat sejak 2019, yang berarti semut ini mungkin sudah menyebar ke area lain. Dari analisis genetik, peneliti menduga semut ini datang dari AS, China, atau Taiwan.
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 7% daratan Eropa memiliki iklim yang cocok untuk semut ini. "Ini sangat mengkhawatirkan karena banyak kota besar seperti London, Amsterdam, dan Roma memiliki pelabuhan besar yang bisa memfasilitasi penyebaran semut ini ke negara dan benua lain," kata Roger Vila, biolog dari Institute of Evolutionary Biology.
Saat ini, Menchetti, Vila, dan timnya berencana untuk membasmi sarang semut api merah di Sicilia sebanyak mungkin. Namun, masih belum diketahui berapa lama mereka bisa mencegah spesies ini menyebar lebih luas.