Cekricek.id - Tragedi menggemparkan warga Dusun Krajan, Desa Gunungtugel, Bantaran, Kabupaten Probolinggo, saat sebuah insiden memilukan terjadi suatu sore. Busar, berusia 42 tahun, yang baru saja pulang setelah menghabiskan hari mencari rumput, mendapati sebuah pemandangan yang mengubah hidupnya selamanya.
Di saat menjelang Magrib, kehadiran Tayip alias Anwar, tetangga Busar, menyiratkan kedatangan yang telah lama diantisipasi. Busar, yang menanti untuk menyelesaikan transaksi pinjaman uang, tidak menyangka akan menjadi saksi perbuatan yang tidak termaafkan. Tayip, dalam sebuah momen yang mengejutkan, kedapatan oleh Busar sedang mencium tangan istrinya.
Dilanda kemarahan, Busar bergegas ke dapur dan mengambil celurit. Tayip, yang menyadari perbuatannya terbongkar, mencoba melarikan diri dengan motornya.
Namun, dalam upaya melarikan diri itu, celurit Busar berhasil menemui sasarannya, menghujam punggung Tayip. Tayip, berusaha melarikan diri ke sawah, namun sia-sia. Busar terus mengejarnya, dan akhirnya Tayip tumbang, terluka parah.
Sesudah melepaskan kemarahannya, Busar kembali ke rumah, menyembunyikan senjata pembunuhannya.
Dia lalu bergerak menuju rumah Kepala Dusun Krajan, namun tidak berhasil menemuinya.
Busar kemudian mengungkapkan perbuatannya kepada anaknya, Lukman Hakim, dan meminta untuk memberitahukan kejadian ini ke kepala desa sebagai upaya mencari perlindungan.
Tindakan Busar ini kemudian berujung pada penjemputan oleh petugas Polsek Bantaran. Di kantor polisi, Busar mengakui segala perbuatannya dan ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan, dijerat dengan Pasal 338 KUHP.
Kasus ini mencapai puncaknya di Pengadilan Negeri Kraksan. Pada Senin, 16 Juli 2018, Busar divonis 12 tahun penjara, setelah terbukti melakukan pembunuhan.
Hakim ketua Lodewyk Ivandrie Simanjuntak menyatakan Busar terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah.
Kisah ini, yang bermula dari sebuah tindakan yang sepele, berakhir dengan tragedi yang tak hanya menghancurkan dua keluarga, tapi juga mengguncang seluruh komunitas. Tragedi ini menjadi peringatan keras tentang betapa cepatnya emosi bisa mengubah takdir dan menghancurkan nyawa.