Cekricek.id - Di balik kesunyian desa Hroza di Ukraina, kesedihan mendalam meresap setelah serangan rudal yang menewaskan puluhan jiwa. Sebuah tragedi yang tak hanya merenggut nyawa, tapi juga mengoyak hati komunitas yang erat.
Di sebuah lahan pemakaman di pinggir desa Hroza, warga sibuk membersihkan semak-semak dan sampah, mempersiapkan tempat untuk pemakaman baru. Kesibukan ini seolah menjadi pelarian mereka dari kengerian yang baru saja terjadi.
Sehari sebelumnya, saat warga berkumpul di kafe setempat untuk mengenang seorang prajurit yang gugur dalam perang melawan Rusia, rudal menerjang dan merenggut setidaknya 52 nyawa.
Kejadian ini menjadi salah satu serangan paling mematikan selama 20 bulan pertempuran. Komunitas kecil ini terguncang, dan rasa syok mulai digantikan oleh duka yang mendalam.
Pertanyaan pun muncul, bagaimana mungkin Rusia mengetahui tentang pertemuan ini? Beberapa warga Hroza menduga ini adalah serangan yang disengaja.
Salah satu korban adalah Olya, 36 tahun, yang meninggalkan tiga anak. Suaminya juga turut menjadi korban. Valeriy Kozyr, ayah Olya, dengan mata berkaca-kaca berkata, "Seharusnya aku yang mati, bukan mereka." Kini, Valeriy harus memikirkan bagaimana merawat tiga cucunya yang masih muda.
Tidak jauh dari situ, tiga bersaudara sedang mempersiapkan pemakaman untuk orang tua mereka, yang juga menjadi korban serangan tersebut. Presiden Ukraina, Volodymr Zelenskiy, menyebut serangan ini sebagai serangan Rusia yang disengaja terhadap warga sipil. Namun, Moskow membantah telah menargetkan warga sipil dalam invasinya.
Ketika malam mulai turun, tim darurat dengan mata nanar membawa jasad-jasad yang telah dimasukkan ke dalam kantong putih. Seorang pria setempat berlutut dan menangis, meletakkan tangannya pada jasad orang yang dicintainya sebelum jasad tersebut diangkut.
Keesokan harinya, petugas penyelamat masih sibuk menyisir reruntuhan kafe dan toko yang hancur. Di sebuah meja kecil, anggota tim darurat dan komunitas setempat meletakkan bunga dan menyalakan lilin untuk mengenang yang telah tiada.
Di tengah kesedihan, ada satu kuburan yang menarik perhatian. Sebuah bendera Ukraina berkibar di atas tanah segar yang baru saja digali, menandai tempat peristirahatan terakhir Andriy Kozyr, seorang prajurit Ukraina. Ironisnya, saat warga desa berkumpul untuk merayakan hidupnya, rudal menerjang.
Kozyr, berdiri di samping istrinya yang menangis, berkata dengan suara parau, "Setengah dari desa ini hilang, banyak keluarga yang hilang. Kali ini, mereka (Rusia) berhasil mengenai sasaran."
Dalam perang yang terus berkecamuk, tragedi di desa Hroza menjadi cermin betapa rapuhnya kehidupan dan betapa dalamnya duka yang dirasakan oleh sebuah komunitas kecil di tengah konflik besar.