Warganet mengecam televisi Perancis karena meminta wanita membuktikan keperawanan dirinya.
Cekricek.id - Kembali terjadi kecaman keras yang ditujukan kepada salah satu televisi Perancis yang kembali membuat heboh. Lantaran mereka membuat sebuah tayangan kontroversial di mana meminta seorang calon pengantin muda untuk membuktikan keperawanan dirinya.
Tidak hanya dari warganya tetapi kecaman tersebut juga datang dari pemerintah setempat. Seperti sebuah surat yang ditulis oleh Menteri urusan Kewarganegaraan Prancis, Marlene Schiappa.
Baca juga: Blak-blakan Celine Evangelista Kehilangan Keperawanan Saat...
Surat tersebut sengaja ia tujukan kepada otoritas pengawas siaran Prancis, CSA. Menteri tersebut menyatakan jika dirinya merasa tayangan tersebut sangat menjijikkan. Apalagi Majelis nasional Prancis sudah sejelasnya menerbitkan undangan untuk melarang tes keperawanan tersebut.
"Seluruh institusi terkait ikatan pernikahan di negara kami diinjak-injak," ujarnya, mengutip dari reqnews.com, Senin (05/04/2021).
Dalam tayangan tersebut sang calon pengantin diperiksa oleh kerabat perempuannya sebelum melangsungkan pernikahan. Tersebut tentunya untuk mengetahui apakah sang sang pengantin pernah melakukan hubungan badan sebelumnya.
Dari informasi yang ada hal tersebut juga terinspirasi dari sebuah program serial Big Fat Gypsy Wedding. Hal ini menjadi sebuah tradisi pada pernikahan komunitas gipsi Catalan yang tinggal di Kota Perpignan.
Dalam tayangan serial tersebut diperlihatkan dengan jelas beberapa ritual yang akan dipersiapkan sebelum pernikahan. Seperti upacara yang akan digunakan maupun tempat tidur serta bagaimana cara pemeriksaan keperawanan seorang calon pengantin.
"Di tempat tidur ini seorang perempuan, berbekal pelatihan khusus, akan menguji ketahanan selaput dara Naomi (calon pengantin) dengan tisu halus. Upacara sapu tangan ini merupakan warisan leluhur yang tidak terhindarkan. Jika Naomi terbukti telah melakukan hubungan seksual, maka pernikahan akan dibatalkan," ujar narasi serial televisi itu.
Ketika itu dijelaskan bahwa hal tersebut dinilai penting untuk mengetahui sebuah keluarga telah mendapatkan seorang menantu yang tepat. Dimana kriteria wanita yang tepat yang dimaksudkan ialah memiliki wajah cantik dan terbukti perawan.
Padahal sebelumnya organisasi kesehatan dunia atau WHO telah menyampaikan jika hal tersebut sebenarnya tidak tepat untuk membuktikannya. Bahkan hal ini bisa dikategorikan sebagai pelanggaran hak asasi manusia. [*/Nlm]