Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci

Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci

Ilustrasi. [Foto: Dibuat dan dihasilkan dengan AI]

Cekricek.id - Di tengah hamparan hijau Bukit Barisan yang diselimuti hutan lebat, sebuah transformasi spiritual besar-besaran terjadi pada abad ke-14. Kabupaten Kerinci, yang kala itu terisolasi oleh geografis yang menantang, menjadi saksi perubahan peradaban yang mengubah wajah masyarakat dari kepercayaan leluhur menuju ajaran Islam.

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi mengungkap kisah menakjubkan bagaimana Islam tidak sekadar masuk ke Kerinci, tetapi menciptakan sintesis budaya yang unik. Berbeda dengan penaklukan atau penggantian total, proses Islamisasi di Kerinci justru memperkaya tradisi yang telah mengakar berabad-abad.

"Islam masuk ke Kerinci membawa norma dan nilai-nilai baru, namun tidak serta merta menghilangkan tradisi yang telah ada," ungkap Muhammad Sukardi, peneliti dari Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Jambi. "Bahkan Islam ikut memperkaya dengan memberikan semangat baru pada tradisi yang telah turun-temurun."

Perjalanan Spiritual Lintas Wilayah

Jejak masuknya Islam ke Kerinci tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik dan perdagangan regional pada masa itu. Menurut Sagimun MD, seorang sejarawan yang dikutip dalam penelitian ini, Islam masuk ke tanah Kerinci pada abad ke-14 hingga 15 Masehi melalui para mubaligh (penyebar agama) yang berasal dari Minangkabau (Sumatra Barat).

Yang menarik, para penyebar Islam ini tidak langsung menuju Kerinci. Mereka terlebih dahulu singgah di daerah Siak (Riau), sehingga orang-orang yang dianggap paham agama di Kerinci kemudian dikenal dengan sebutan "Siak" atau "Syekh". Proses penyebaran ini terjadi karena adanya hubungan perdagangan yang telah terjalin antara masyarakat Kerinci dengan Kerajaan Indrapura di wilayah pesisir Sumatra Barat.

Selain jalur Minangkabau, Islamisasi di Kerinci juga mendapat pengaruh kuat dari Kesultanan Jambi. Kesultanan ini bahkan mengirimkan surat-surat resmi kepada para Depati (pemimpin adat) di Kerinci, menghimbau mereka untuk meninggalkan kepercayaan lama dan memeluk Islam dengan menerima seluruh syariat Islam. Pendekatan politik ini menunjukkan betapa strategisnya posisi Kerinci dalam peta kekuasaan regional pada masa itu.

Siak Lengih: Sosok di Balik Transformasi

Di antara para penyebar Islam di Kerinci, nama Siak Lengih (Si Langeh) menjadi yang paling menonjol. Sosok yang juga dikenal dengan nama Malin Sabiyatullah atau Syeikh Samilullah ini datang dari Minangkabau pada abad ke-14 dengan misi menyebarkan Islam.

Nama "Lengih" sendiri berarti "suaranya kurang terang keluar", yang mungkin merujuk pada cara dakwahnya yang halus dan tidak memaksakan. Siak Lengih menetap di Koto Pandan (kini bagian dari Sungai Penuh) dan menjalin hubungan erat dengan masyarakat setempat.

Kehidupan Siak Lengih mengalami titik balik ketika dia menikah dengan Dayang Berani, seorang bangsawan yang datang bersama rombongan dari Pagaruyung. Dari pernikahan ini, lahir sembilan orang anak yang kemudian menjadi cikal bakal berbagai gelar Depati di Kerinci. Keturunan Siak Lengih ini, yang dikenal dengan sebutan "Depati Nan Bertujuh", memainkan peran penting dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam sistem adat Kerinci.

Revolusi dalam Sistem Adat

Salah satu pencapaian terbesar dari proses Islamisasi ini adalah transformasi sistem adat Kerinci. Sebelumnya, adat Kerinci berlandaskan pada prinsip "Alur dan Patut" yang bersumber dari kepercayaan tradisional. Namun setelah masuknya Islam, sistem ini berevolusi menjadi "adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah, syarak mengato, adat memakai".

Perubahan ini bukan sekadar penggantian aturan, melainkan sintesis yang harmonis antara nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal. Tradisi-tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam tetap dipertahankan, bahkan diperkaya dengan dimensi spiritual yang baru.

Jalur Masuk dan Jaringan Perdagangan

Penelitian ini juga mengungkap berbagai jalur yang digunakan untuk masuk ke Kerinci, menunjukkan betapa strategisnya wilayah ini dalam jaringan perdagangan regional. Dari arah barat, terdapat lintasan Sekungkung-Tapan menuju Indrapura dan lintasan Lempur-Sungai Ipuh menuju Muko-Muko. Jalur timur meliputi lintasan dari Pungut ke Tanah Tumbuh dan Terutung-Air Liki menuju Rantau Panjang.

Sementara itu, jalur selatan terdapat lintasan Lempur-Serampas-Sungai Tenang-Limun dan Batang Asai, serta lintasan Tamia-Perentak menuju Bangko. Jalur utara dapat ditempuh dari Siulak menuju Muara Labuh. Jaringan jalan setapak ini bukan hanya jalur perdagangan, tetapi juga menjadi koridor penyebaran gagasan dan nilai-nilai spiritual.

Masjid Keramat: Saksi Bisu Peradaban

Salah satu bukti fisik yang paling mencolok dari proses Islamisasi adalah berdirinya masjid-masjid kuno, khususnya Masjid Keramat Pulau Tengah yang dibangun sekitar tahun 1780. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan pusat peradaban yang multifungsi.

Masjid Keramat memiliki sejarah yang mencengangkan. Bangunan ini tercatat selamat dari berbagai bencana, termasuk dua kali kebakaran besar pada tahun 1903 dan 1939, serta gempa bumi pada 1942. Ketika bangunan-bangunan di sekitarnya hancur, masjid ini tetap berdiri kokoh, sehingga masyarakat menyebutnya "keramat" atau memiliki kekuatan spiritual khusus.

Yang lebih menarik lagi, pada masa penjajahan Belanda, Masjid Keramat berfungsi sebagai benteng pertahanan. Struktur bangunan yang menyerupai rumah panggung dengan 25 tiang memiliki ruang bawah tanah yang digunakan sebagai tempat perlindungan dan penyimpanan logistik selama peperangan. Ketika Belanda menyerang Pulau Tengah pada 1903, masjid ini menjadi tempat berlindung bagi anak-anak, wanita hamil, dan orang tua.

Menyadari fungsi strategis masjid ini, pada 1929 Belanda sengaja menimbun bagian bawah masjid dengan semen, mengubah bentuknya dari rumah panggung menjadi bangunan dengan lantai semen seperti yang terlihat sekarang.

Warisan yang Berkelanjutan

Proses Islamisasi di Kerinci meninggalkan warisan yang sangat kaya, tidak hanya dalam bentuk fisik seperti masjid-masjid kuno, tetapi juga dalam struktur sosial dan budaya masyarakat. Sistem Depati yang mengintegrasikan kepemimpinan adat dengan nilai-nilai Islam terus bertahan hingga kini.

Penelitian Muhammad Sukardi ini menggunakan metodologi sejarah yang ketat, meliputi heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Data dikumpulkan dari berbagai arsip di Kantor Arsip Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci, serta sumber-sumber digital berupa jurnal dan artikel.

Temuan ini menunjukkan bahwa proses Islamisasi di Indonesia, khususnya di daerah pedalaman seperti Kerinci, memiliki karakteristik yang unik. Berbeda dengan wilayah pesisir yang mengalami perubahan lebih cepat akibat kontak langsung dengan pedagang Arab atau India, Kerinci mengembangkan model akulturasi yang lebih gradual dan harmonis.

Bagi Indonesia kontemporer, kisah Islamisasi Kerinci menawarkan pelajaran berharga tentang bagaimana perbedaan budaya dan agama dapat dikelola secara konstruktif. Model akulturasi yang terjadi di Kerinci menunjukkan bahwa perubahan sosial-keagamaan tidak harus destruktif terhadap tradisi lokal, melainkan dapat menciptakan sintesis yang memperkaya kedua belah pihak.

Baca juga: Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda

Hingga kini, Masjid Keramat Pulau Tengah masih berdiri tegak dan menjadi tujuan wisata religi. Para peziarah dari berbagai daerah datang tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk menyaksikan bukti nyata bagaimana Islam dapat beradaptasi dengan konteks lokal tanpa kehilangan esensi spiritualnya. Bangunan bersejarah ini terus mengingatkan kita pada sebuah masa ketika toleransi dan akulturasi budaya menjadi jalan menuju kemajuan peradaban.

Baca Juga

Pengaruh Islam terhadap Budaya Melayu: Warisan yang Hidup hingga Kini
Pengaruh Islam terhadap Budaya Melayu: Warisan yang Hidup hingga Kini
Beban Hutang Perusahaan Terbukti Melemahkan Kinerja Keuangan
Beban Hutang Perusahaan Terbukti Melemahkan Kinerja Keuangan
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno