Tan Malaka: Pahlawan Nasional dan Pejuang Kemerdekaan yang Tak Kenal Lelah

Tan Malaka: Pahlawan Nasional dan Pejuang Kemerdekaan yang Tak Kenal Lelah

Tan Malaka. [Foto: Ist]

Kisah inspiratif Tan Malaka, pahlawan nasional Indonesia yang berjuang demi kemerdekaan dan keadilan sosial. Dari pendidikan di Belanda hingga penghargaan dari Presiden Sukarno.

Siapa Tan Malaka?

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, nama Tan Malaka mencuat sebagai salah satu tokoh yang berdedikasi tinggi. Lahir dengan nama lengkap Sultan Datuk Tan Malaka pada 2 Juni 1897 di Pandan Gading, Suliki, Sumatera Barat, perjalanan hidupnya penuh warna.

Pada usia muda, 16 tahun, Tan Malaka memutuskan untuk melanjutkan studinya di Belanda pada tahun 1912. Revolusi Rusia yang meletus pada 1917 membangkitkan ketertarikannya terhadap ideologi sosialisme dan komunisme. Amsterdam menjadi saksi bagaimana ia aktif dalam diskusi politik bersama kelompok kiri.

Setelah kembali ke tanah air pada 1919, Tan Malaka memulai kariernya sebagai penulis di berbagai surat kabar. Salah satu karyanya yang terkenal adalah brosur berjudul "Sovyet atau Parlemen", yang dimuat dalam majalah Soeara Rakjat. Saat ISDV hendak mengubah namanya, Tan Malaka mengusulkan "Partai Nasional Revolusioner Indonesia". Namun, usulannya ditolak oleh Semaun yang lebih memilih "Persatuan Komunis".

Ketika Semaun berangkat ke Rusia pada 1921, Tan Malaka mengambil alih kepemimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan semangat membara, ia memperluas jaringan PKI ke berbagai daerah dan menentang keras penjajahan yang menindas buruh. Namun, perjuangannya tidak mudah. Pada 1922, ia ditangkap oleh Pemerintah Kolonial Belanda karena aksinya dalam pemogokan buruh perkebunan. Setelah itu, ia meminta untuk diasingkan ke Belanda dan kemudian berangkat ke Moskwa.

Selama tahun 1942-1943, Tan Malaka menulis buku monumental, "Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika)", yang menawarkan perspektif berpikir revolusioner sebagai lawan dari pemikiran tradisional yang dipengaruhi oleh takhayul. Namun, perjuangannya tak berhenti di sana. Pada 1946, ia kembali ditangkap dengan tuduhan menggerakkan rakyat menentang Perjanjian Linggarjati. Meskipun demikian, pengadilan membebaskannya dari segala tuduhan.

Tan Malaka kemudian mendirikan Partai Murba pada 7 November 1948 di Yogyakarta. Saat Pemberontakan PKI Madiun 1948 terjadi, ia berada di Kediri, berupaya mengumpulkan anggota PKI yang tersisa. Sayangnya, pada Februari 1949, nasib tragis menimpanya. Tan Malaka dan beberapa pengikutnya ditangkap dan ditembak mati.

Namun, pengorbanannya tidak sia-sia. Pada 1963, Presiden Sukarno memberikan penghargaan tertinggi dengan menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Terungkap! Manusia Purba Menghuni Dataran Tinggi Persia Selama 20.000 Tahun
Kisah Pengorbanan Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Kisah Pengorbanan, Ritual Bangsa Maya saat Gerhana Matahari
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Sisa-sisa Desa Kuno "Pompeii Inggris" Ungkap Rahasia Kehidupan Zaman Perunggu
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Naskah Kuno Aztec Ungkap Sejarah Tenochtitlan dan Penaklukan Spanyol
Lukisan Menakjubkan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Lukisan Pada Makam Pendeta Kuno Mesir Perlihatkan Kehidupan 4.300 Tahun Lalu
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang
Makam Kuno Tiongkok dengan Pedang Ungkap Sejarah Kekerasan di Era Negara-Negara Berperang