Eksplorasi potensi industri teh artisan Indonesia di tengah generasi muda milenial dan Z. Bagaimana pandemi mempengaruhi kebiasaan minum teh dan upaya pemerintah dalam mendukung perkembangan industri ini.
Cekricek.id - Seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat selama pandemi COVID-19, minuman berbahan alami kembali menjadi sorotan. Salah satunya adalah teh, yang telah menjadi bagian dari warisan budaya dan tradisi keluarga di Indonesia.
Namun, Reni Yanita, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, mengungkapkan bahwa popularitas teh di Indonesia mungkin belum sepopuler kopi, khususnya di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, menurutnya, diperlukan inovasi dalam racikan teh untuk mempertahankan eksistensinya di tengah masyarakat.
Salah satu langkah positif datang dari Asosiasi Artisan Teh Indonesia (ARTI) dan Dewan Teh Indonesia (DTI), yang mendirikan Rumah Teh Indonesia. Tujuannya adalah untuk memastikan keberlanjutan dan keberadaan teh di tengah masyarakat, terutama di kafe-kafe yang sering dikunjungi oleh generasi milenial dan Z.
Laporan McKinsey 2020 menunjukkan bahwa generasi Z Indonesia cenderung menjadi pengadopsi awal produk atau layanan dan memiliki kesadaran merek yang tinggi. Oleh karena itu, teh artisan yang menarik perhatian generasi ini membutuhkan dukungan lebih lanjut dari masyarakat dan pemerintah.
Reni menekankan bahwa teh artisan adalah inovasi dalam pengembangan teh yang menawarkan kombinasi manfaat bahan dan estetika yang berbeda dari teh komersil biasa. Dengan dukungan yang tepat, industri kecil dan menengah (IKM) memiliki potensi besar untuk mengembangkan teh artisan di Indonesia.
ARTI mendefinisikan teh artisan sebagai teh yang terbuat dari camellia sinensis berkualitas tinggi dan alami. Campuran teh dan tisane (herbal dan rempah) dapat disebut sebagai teh artisan jika tehnya lebih dari 50% dari bahan campuran dan karakteristik tehnya masih terasa.
Sayangnya, banyak orang beranggapan bahwa teh berkualitas hanya bisa diimpor dari Eropa atau Asia Timur. Namun, setiap negara dan kebun teh memiliki karakteristik uniknya sendiri. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan produksi teh nasional pada 2022 mencapai 136.800 ton, dengan Jawa Barat sebagai produsen terbesar.
Reni percaya bahwa dengan peremajaan perkebunan dan pemanfaatan teknologi digital, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan industri teh artisan berkualitas. Ditjen IKMA Kementerian Perindustrian berkomitmen mendukung perkembangan IKM teh artisan melalui berbagai program seperti pembinaan penerapan CPPOB, sertifikasi HACCP, keikutsertaan dalam kegiatan Indonesia Food Innovation (IFI), dan partisipasi dalam pameran.
Saat ini, Ditjen IKMA telah membina sembilan IKM teh artisan di Jawa dan Bali, termasuk PT Sila Agri Inovasi, PT Karsa Abadi Bali, CV Haveltea, Nala Indonesian Tea, Swarga Flower Tea & Co, Rumah Atsiri Indonesia, Tim Tim (Tisane), CV Ramu Padu Nusantara (Tisane), dan CV Puji Indojamu (Tisane). Semua IKM tersebut telah mendapatkan berbagai bentuk bimbingan dan pendampingan, mulai dari sertifikasi HACCP, penerapan CPPOB, hingga partisipasi dalam program IFI dan pameran pangan.