Teuku Muhammad Hasan: Gubernur Sumatera dan Pahlawan Nasional Indonesia

Teuku Muhammad Hasan: Gubernur Sumatera dan Pahlawan Nasional Indonesia

Teuku Muhammad Hasan. [iST]

Kisah Teuku Muhammad Hasan, Gubernur Sumatera pertama setelah kemerdekaan Indonesia dan penerima anugerah Pahlawan Nasional pada 2006.

Siapa Teuku Muhammad Hasan?

Dalam sejarah Indonesia, Teuku Muhammad Hasan menonjol sebagai salah satu tokoh penting. Ia dikenal sebagai Gubernur Sumatera pertama setelah gema proklamasi kemerdekaan Indonesia bergaung.

Sebagai anggota PPKI, Hasan memiliki peran krusial dalam menyelesaikan isu-isu terkait pengumuman Proklamasi Kemerdekaan pada sidang PPKI tanggal 16 Agustus 1945.

Setelah proklamasi, Presiden Sukarno memandatkan Teuku Muhammad Hasan untuk berdiskusi dengan Ki Bagus Hadikusumo, guna meninjau ulang beberapa poin esensial dari rancangan Undang-Undang Dasar.

Dari Desember 1948 hingga Maret 1949, Teuku Muhammad Hasan memimpin Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan sekaligus menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri.

Dalam periode 1950-1957, ia memegang berbagai jabatan penting, termasuk sebagai anggota DPRS di Jakarta, Wakil Ketua Panitia Negara Urusan Pertambangan, Ketua Panitia Penasihat Ordonansi Statistik, dan Gubernur Departemen Kementerian Dalam Negeri.

Penghargaan tertinggi diberikan kepadanya pada 2006, saat ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, mengakui kontribusi besar yang diberikannya bagi bangsa sebelum dan sesudah kemerdekaan.

Lahir di Sigli, Aceh, pada 4 April 1906, Teuku Muhammad Hasan adalah putra dari Teuku Bintara Ibrahim, seorang Ulee Balang di Pidie. Pendidikan dasarnya dimulai di Sekolah Rakyat (Volkschool) Lampoih Saka pada 1914.

Ia kemudian melanjutkan studinya di sekolah-sekolah Belanda, seperti Europeesche Lagere School (ELS) yang ia selesaikan pada 1924, dan Koningen Wilhelmina School (KWS) di Batavia. Pendidikan tingginya dilanjutkan di Rechtsschool (Sekolah Tinggi Hukum) Batavia. Pada usia 25 tahun, Hasan memilih untuk melanjutkan studinya di Universitas Leiden, Belanda.

Di sana, ia bergabung dengan Perhimpunan Indonesia dan berkenalan dengan tokoh-tokoh nasional seperti Mohammad Hatta dan Ali Sastroamidjojo. Hasan menyelesaikan studinya di Leiden dengan meraih gelar Meester in de Rechten (Master of Laws) pada 1933.

Referensi: Kamus Sejarah Indonesia.

Baca Juga

Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Sumpah Terlarang dan Akhir Dinasti Kerajaan Koto Besar Takluk oleh Belanda
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Dari Tragedi Karbala ke Pantai Pariaman: Perjalanan Spiritual Tradisi Tabuik
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Siak Lengih dan Masjid Keramat: Warisan Spiritual yang Mengubah Wajah Kerinci
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Jejak Imperium Terlupakan: Kisah Kerajaan Melayu yang Menguasai Nusantara Selama 9 Abad
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Penelitian DNA Membuktikan Kekerabatan Suku Sakai dengan Minangkabau Pagaruyung
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno
Ketika Islam Menulis Ulang Sejarah Minangkabau: Jejak Spiritual dalam Tambo Kuno