Saham Apple jatuh menyusul laporan larangan penggunaan iPhone oleh pejabat China. Bagaimana dampaknya bagi hubungan bisnis Sino-AS dan masa depan teknologi?
Cekricek.id - Di tengah kabar yang berhembus kencang, saham Apple terperosok. Laporan menyebutkan bahwa China melarang pejabat di lembaga pemerintah pusat menggunakan atau membawa iPhone serta perangkat bermerk asing lainnya ke kantor.
Dalam beberapa minggu terakhir, petunjuk tersebut disampaikan kepada pejabat China melalui grup chat tempat kerja atau rapat, demikian dilaporkan oleh Wall Street Journal. Namun, masih belum jelas sejauh mana perintah ini disebarkan.
Dampak dari laporan ini cukup signifikan di Wall Street, dengan saham Apple turun sebesar 3,6%. China merupakan salah satu pasar terbesar Apple, menyumbang hampir seperlima dari total pendapatannya.
Dilansir The Guardian, beberapa analis pada hari Rabu (6/7/2023) menyatakan bahwa langkah yang dilaporkan ini menunjukkan bahwa Beijing tidak akan memberi kelonggaran kepada perusahaan AS manapun dalam upayanya mengurangi ketergantungan pada teknologi Amerika.
"Apple pun tak luput… di China, dimana perusahaan ini mempekerjakan ratusan ribu, bahkan mungkin lebih dari satu juta pekerja, untuk merakit produknya melalui kerjasama dengan Foxconn," ujar analis DA Davidson, Tom Forte.
Hal ini "harus mendorong perusahaan untuk diversifikasi rantai pasokan dan konsentrasi pelanggan agar kurang bergantung pada China, terutama jika ketegangan meningkat," tambahnya.
Larangan ini mungkin memicu kekhawatiran di kalangan perusahaan asing yang beroperasi di China. Ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan Sino-AS dan menjelang acara Apple minggu depan yang diperkirakan akan meluncurkan lini iPhone baru.
Laporan WSJ tidak menyebutkan produsen telepon selain Apple. Apple dan Kantor Informasi Dewan Negara China, yang menangani pertanyaan media atas nama pemerintah China, belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters.
Langkah terbaru China ini mirip dengan larangan yang diterapkan di AS terhadap produsen smartphone China, Huawei Technologies, dan platform video pendek TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance China.
Selama lebih dari satu dekade, China berupaya mengurangi ketergantungan pada teknologi asing, meminta perusahaan yang berafiliasi dengan negara seperti bank untuk beralih ke perangkat lunak lokal dan mempromosikan manufaktur chip semikonduktor domestik.
Baru-baru ini, Huawei meluncurkan smartphone 5G yang menggunakan chip silikon canggih dengan skala miniaturisasi yang sebelumnya dianggap di luar kemampuannya karena pembatasan ekspor yang dipimpin AS, kata analis.
Prosesor Mate 60 adalah yang pertama menggunakan teknologi 7 nanometer (nm) SMIC yang paling canggih dan menunjukkan pemerintah China telah mencapai kemajuan dalam upayanya membangun ekosistem chip domestik, kata firma analisis TechInsights.
Ketegangan Sino-AS meningkat saat Washington bekerja sama dengan sekutunya untuk memblokir akses China ke peralatan vital yang diperlukan untuk menjaga industri chipnya tetap kompetitif. Sementara itu, Beijing membatasi pengiriman dari perusahaan AS terkemuka termasuk Boeing dan Micron Technology.
Namun, analis Angelo Zino dari CFRA Research mengatakan tidak diharapkan ada dampak langsung terhadap pendapatan Apple, mengingat popularitas iPhone di China.
Dalam kunjungannya ke China pekan lalu, menteri perdagangan AS, Gina Raimondo, menyatakan bahwa perusahaan AS mengeluh kepada dirinya bahwa China telah menjadi "tak layak investasi", mengacu pada denda, penggerebekan, dan tindakan lain yang membuat berbisnis di ekonomi terbesar kedua dunia ini menjadi berisiko.