SEAN bersiap untuk revolusi digital dengan DEFA. Bersama Airlangga Hartarto, jelajahi langkah ASEAN menuju keberlanjutan, inovasi kendaraan listrik, dan pencapaian Vision 2045.
Cekricek.id - Dalam persiapan menuju Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-43, Jakarta menjadi saksi pertemuan penting ASEAN Economic Community Council (AECC) ke-23. Dipandu oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, pertemuan ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga peluncuran monumental ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA).
Sejak matahari menunjukkan sinarnya, para pemimpin ASEAN berkumpul untuk membahas dinamika ekonomi terbaru. Lima isu krusial menjadi sorotan: geopolitik, fragmentasi rantai pasok, transisi menuju energi hijau, revolusi digital, dan pertumbuhan yang merangkul semua lapisan masyarakat.
Diskusi juga menyinggung isu strategis regional, termasuk perkembangan 16 Prioritas Ekonomi (PED), rencana Visi Komunitas ASEAN setelah 2025, yaitu ASEAN Vision 2045, serta isu keberlanjutan. Bahkan, persiapan kedatangan Timor-Leste sebagai anggota ASEAN pun menjadi bagian dari pembahasan.
Dalam pertemuan tersebut, kesepakatan dicapai untuk mendukung empat inisiatif Indonesia yang akan diajukan pada KTT ke-43. Dokumen-dokumen tersebut mencakup deklarasi tentang keamanan pangan, kerangka kerja ekonomi biru ASEAN, serta DEFA.
Mengenai PED, Indonesia memperkenalkan 16 inisiatif yang dirancang untuk meningkatkan daya saing dan transformasi digital di kawasan. "Sebelas dari inisiatif tersebut telah diselesaikan, sementara lima lainnya akan rampung pada akhir 2023," ungkap Menko Airlangga.
Visi ASEAN 2045, yang bertujuan menciptakan ASEAN yang tangguh dan berpusat pada masyarakat, menyoroti empat aspek utama: integrasi ekonomi, inovasi teknologi, keberlanjutan, dan adaptasi masyarakat terhadap perubahan. Para pemimpin ASEAN menekankan pentingnya menyusun rencana kerja untuk mewujudkan visi ini.
Menko Airlangga juga menyinggung strategi keberlanjutan, termasuk komitmen ASEAN untuk mencapai netralitas karbon. Selain itu, pengembangan kendaraan listrik menjadi topik hangat yang diusulkan oleh Indonesia dan mendapat respons positif dari negara-negara anggota.
Peluncuran DEFA menjadi tonggak sejarah bagi ASEAN. Ini menandai komitmen ASEAN untuk membangun ekonomi digital yang terkoneksi dan aman. "Dengan DEFA, potensi ekonomi digital ASEAN diperkirakan akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 triliun dolar AS pada 2030," kata Menko Airlangga.
DEFA dirancang untuk mempercepat pertumbuhan perdagangan, meningkatkan interoperabilitas, menciptakan lingkungan online yang aman, dan mendukung UMKM. Negara-negara ASEAN berkomitmen untuk membangun ekosistem digital yang inklusif.
Sekretaris Jenderal ASEAN memberikan pujian kepada Indonesia atas kepemimpinannya, terutama dalam aspek ekonomi yang dipandu oleh Menko Airlangga. Menko Airlangga menambahkan, upaya yang telah dilakukan mendukung UMKM dan e-commerce, serta harmonisasi kebijakan terkait DEFA.
"Regulasi ini mengacu pada perjanjian yang telah ada, termasuk RCEP, dengan transformasi AI sebagai salah satu fokus pembahasan," tutup Menko Airlangga.
Dalam rangkaian acara tersebut, Menko Airlangga didampingi oleh tim dari Kemenko Perekonomian, termasuk Sekretaris Kemenko, Deputi, Staf Ahli, Juru Bicara, serta Asisten Deputi.