Eva.vn, <\/em>di desa Rajo memberlakukan aturan bahwa saat seorang perempuan menikah dengan seorang pria tertentu, maka perempuan tersebut juga harus menikahi saudara laki-laki dari sang suami.<\/p>\nSama halnya dengan apa yang dialami oleh Rajo. Ia menikah dengan suami pertamanya bernama Guddu dalam pernikahan Hindu menurut adat setempat pada tahun 2009 lalu.<\/p>\n
Berdasarkan tradisi di desa itu, Rajo juga harus menikahi ke empat saudara laki-laki Guddu yakni Baiju (32), Sant Ram (28), Gopal (26), dan Dinesh (19). Dengan kata lain, Rajo dan kelima suaminya itu terlibat dalam hubungan inses.<\/p>\n
Para Antropolog percaya bahwa tradisi tersebut berasal dari epos Mahabharatha di India Sansekerta yang terkenal.<\/p>\n
Di dalam kisahnya ada Putri Draupadi, putri Raja Pancha yang menikah pada saat yang sama dengan 5 saudara kandung, untuk melestarikan tanah keluarganya.<\/p>\n
Rajo dan kelima suaminya tinggal di satu rumah yang sama dan tidur dalam satu ranjang yang sama.<\/p>\n
Mereka bergiliran berhubungan badan satu sama lain setiap malam dalam satu tempat tidur. Tak ayal, ketika Rajo pertama kali melahirkan bayinya, Rajo sama sekali tidak tahu siapa ayah dari bayi tersebut.<\/p>\n
Kendati begitu, Rajo mengakui dirinya bahagia dengan pernikahannya dan berhubungan baik dengan kelima suaminya.<\/p>\n
\u201cAwalnya saya agak canggung, tapi sekarang saya sudah biasa, saya menganggap saudara suami saya tak lebih dari suami saya,\u201d ujar Rajo.<\/p>\n
\u201cSaya mendapatkan lebih banyak perhatian dan cinta daripada kebanyakan wanita lain di dunia,\u201d tutur Rajo dengan bangganya.<\/p>\n
Sementara itu, Guddu mengaku tidak cemburu sama sekali. Meskipun, ia harus berbagi istri dengan keempat saudara kandungnya.<\/p>\n
\u201cKami semua berhubungan intim dengannya, tetapi saya tidak merasa cemburu karena kami adalah keluarga bahagia,\u201d kata Gaddu. [*\/rik]<\/strong><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"Seorang wanita di India menikah dengan lima pria bersaudara mengikuti tradisi adat setempat. Cekricek.id \u2013 Fenomena poligami mungkin tidak asing...","protected":false},"author":8,"featured_media":6286,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"rank_math_lock_modified_date":false,"footnotes":""},"categories":[2571],"tags":[1306],"class_list":["post-5704","post","type-post","status-publish","format-standard","has-post-thumbnail","hentry","category-berita","tag-berita-viral"],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5704","targetHints":{"allow":["GET"]}}],"collection":[{"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/8"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=5704"}],"version-history":[{"count":5,"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5704\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":257914,"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/5704\/revisions\/257914"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/6286"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=5704"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=5704"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/cekricek.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=5704"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}