Dive dalam keunikan Dendang, tradisi seni suara Sumatera Barat, dan bagaimana irama khasnya berkembang dan dikenal luas di kalangan masyarakat Minang.
Cekricek.id, Sumatera Barat - Dendang, sebuah istilah yang mungkin asing bagi sebagian orang, namun bagi masyarakat Minang di Sumatera Barat, kata ini merujuk pada tradisi seni suara atau vokal yang telah lama melekat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dendang, bagi masyarakat Minang, adalah ekspresi menyanyi atau melantunkan melodi.
Dalam Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Sumatera Barat, 1977, dikatakan asal muasal kata 'dendang' berasal dari frasa "den indang", yang berarti "saya asuh".
Dalam tradisi lama, saat mengasuh anak, orang tua biasa mengayun sambil melantunkan kata-kata merayu dengan irama tertentu untuk menenangkan si kecil.
Proses "den indang" juga menggambarkan bagaimana beras dipisahkan dari antahnya dengan cara mengayun-ayunkan niru. Dari sini, irama khas tersebut berkembang menjadi apa yang kita kenal sebagai dendang. Sekarang, istilah dendang sudah dikenal luas oleh masyarakat Minang.
Dendang memiliki variasi yang kaya, dengan setiap daerah di Sumatera Barat memiliki ciri khasnya sendiri. Ada empat klasifikasi utama berdasarkan daerah, yaitu:
- Dendang Luhak Tanah Datar
- Dendang Luhak Agam
- Dendang Luhak Lima Puluh Kota
- Dendang daerah pesisir.
Dendang dari tiga daerah pertama dikenal sebagai dendang darek, sementara yang terakhir disebut dendang pesisir. Kedua jenis ini memiliki perbedaan signifikan dalam tangga nadanya.
Dendang darek, misalnya, memiliki tangga nada pentatonis, sedangkan dendang pesisir menggunakan tangga nada heptatonis.
Beberapa contoh spesifik dari dendang darek adalah Ratok-ratok: Koto Tuo, Rimbo Panjang, Batu Balang, Kumbang Cari, Kubang Balembak, Talaga Biru, Tanjung Pati, Malereng Tabiang, Si Kanduang Iyo, Simpang Ampek, dan lain-lain. Sedangkan untuk dendang pesisir, contohnya adalah lagu Dayung Palinggam dan dendang si Kadarang di Pariaman.
Selain berdasarkan daerah, dendang juga dapat dikelompokkan berdasarkan iramanya. Ada dendang ratok yang melantunkan lagu-lagu sedih, berasal dari tradisi meratap karena kematian atau kemalangan. Dendang kaba biasanya menceritakan legenda rakyat, dengan contoh lagu seperti Gadang Batipuah dan Dayang Daini.
Dendang tari mengiringi tarian dengan nuansa gembira, seperti Si Tujuah dan Indang Sari Lamak. Dendang salawat talam memiliki nuansa Arab, dan awalnya menggunakan kata-kata bahasa Arab tetapi kemudian dimasukkan kata-kata daerah setempat. Sementara dendang indang mengiringi permainan berbalas pantun yang dinyanyikan.
Dendang, sebagai bagian integral dari budaya Sumatera Barat, tentu saja ditemani oleh alat musik tradisional Minangkabau.
Dari bansi, saluang, talempong, hingga serunai, semua dapat mengiringi dendang dengan harmonis. Selain itu, ada juga alat musik tradisional lain seperti dol, adok, tansa, dan rebana yang berfungsi sebagai pengiring atau penuntun irama.
Meski demikian, irama dendang tidak memiliki aturan tertentu untuk dibuat dan bisa berasal dari bunyi yang sering didengar.
Dendang bukan sekadar seni suara, Ia adalah cerminan dari kekayaan budaya, sejarah, dan tradisi masyarakat Sumatera Barat. Sebuah warisan yang terus berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi.